oleh: Rohmatullah
Ngimaduddin, Lc.
Imam Muslim telah
mengeluarkan hadits dari Abu Hurairah dengan berkata:
حَدَّثَنِى
سُرَيْجُ بْنُ يُونُسَ وَهَارُونُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالاَ حَدَّثَنَا حَجَّاجُ
بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ قَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِى إِسْمَاعِيلُ بْنُ
أُمَيَّةَ عَنْ أَيُّوبَ بْنِ خَالِدٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ رَافِعٍ مَوْلَى
أُمِّ سَلَمَةَ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله
عليه وسلم- بِيَدِى فَقَالَ « خَلَقَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ التُّرْبَةَ يَوْمَ
السَّبْتِ وَخَلَقَ فِيهَا الْجِبَالَ يَوْمَ الأَحَدِ وَخَلَقَ الشَّجَرَ يَوْمَ
الاِثْنَيْنِ وَخَلَقَ الْمَكْرُوهَ يَوْمَ الثُّلاَثَاءِ وَخَلَقَ النُّورَ
يَوْمَ الأَرْبِعَاءِ وَبَثَّ فِيهَا الدَّوَابَّ يَوْمَ الْخَمِيسِ وَخَلَقَ
آدَمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ بَعْدَ الْعَصْرِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فِى آخِرِ
الْخَلْقِ وَفِى آخِرِ سَاعَةٍ مِنْ سَاعَاتِ الْجُمُعَةِ فِيمَا بَيْنَ الْعَصْرِ
إِلَى اللَّيْلِ ».
Mengatakan
kepadaku Suraij bin Yūnus dan Hârun bin Abdullah, kedua berkata, telah
mengatakan kepadaku Hajjâj bin Muhammad dengan berkata, Ibnu Juraij telah
berkata, telah mengkabarkan kepadaku Ismâil bin Ummayah dari Ayyūb bin Khalid
dari Abdullah bin Râfi' bekas budak Ummi Salamah dari Abu Hurairah yang
berkata, 'Rasulullah memegang tanganku dan berkata, "Allah
menciptakan tanah (bumi) pada hari sabtu. Kemudian Allah menciptakan
gunung-gunung di bumi pada hari ahad dan Allah menciptakan pepohonan pada hari
senin. Kemudian Allah menciptakan hal-hal yang di benci pada hari selasa. Dan
Allah menciptakan cahaya pada hari rabu. Dan Allah menyebarkan binatang melata
di bumi pada hari kamis. Dan Allah menciptakan Adam setelah ashar pada hari
jum'at, makhluk yang paling akhir Allah ciptakan di akhir waktu pada hari
Jum'at antara waktu ashar sampai malam". (HR. Muslim no.: 7231).
Takhrij hadits:
Hadits
ini dikeluarkan oleh Imam Muslim no.: 7231, Ahmad no.: 8563, Ibnu Ma'în dalam
Tarikhnya yang diriwayatkan oleh ad-Duri no.: 210, Ibnu Mundah dalam at-Tauhîd
no.: 54, Abu Ya'lâ dalam Musnad no.: 6132, al-Baihaqî dalam as-Sunan al-Kubrâ
no.: 18159 dan al-Asmâ' wa ash-Shifât no.: 36, 812 dan 813, Ibnu Hibbân dalam
Shahihnya no.: 6161, Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya no.: 1731, ath-Thabrani
dalam al-Mu'jam al-Awsath no.: 3232, an-Nasâi dalam as-Sunan al-Kubrâ no.:
11393, Abusy Syeikh dalam al-'Adhamah no.: 58751, ath-Thabarî dalam Tafsirnya:
21/433 dan Târikhnya: 1/35.
Hadits
ini shahih karena para perowinya di dalam riwayat Muslim semuanya perowi yang
tsiqah kecuali Ayyūb bin Khâlid. Ibnu Hajar mengatakan padanya layyin (lembek).
Sedangkan Ibnu Hibbân memasukkannya dalam para perowi tsiqah. Imam Muslim telah
mengeluarkan hadits ini di dalam Shahihnya dan Syeikh al-Albâni menshahihkan
hadits ini dalam as-Silsilah ash-Shahîhah no.: 1833.
Faedah-faedah
hadits:
1- Allah menciptakan
tanah (bumi) pada hari Sabtu.
2- Allah menciptakan
gunung-gunung pada hari ahad.
3- Allah menciptakan
pepohonan pada hari senin.
4- Allah menciptakan
hal-hal yang dibenci pada hari selasa.
5- Allah menciptakan
cahaya pada hari rabu.
6- Allah menciptakan
binatang pada hari kamis.
7- Allah menciptakan
Adam pada hari jum'at.
8- Hadits ini
menyinggung penciptaan bumi selama empat hari yaitu dengan penciptaan: tanah,
gunung-gunung, pepohonan dan hal-hal yang dibenci.
9- Hadits ini
menyinggung penciptaan langit selama dua hari yaitu dengan penciptaan cahaya
dan binatang. Untuk faedah ini bisa dilihat perkataan Syeikh Abdurrahman bin
Yahya al-Mu'allimi ketika menjawab pengingkaran terhadap hadits ini karena
dianggap bertentangan dengan al-Qur'an yang akan datang penyebutannya.
Namun
hadits ini mendapatkan kritikan dari beberapa ulama di antaranya: Imam Bukhari,
Ali al-Madini dan al-Baihaqi serta para ulama yang datang setelah mereka yang
mendukung perkataan mereka. Sebelum kita menyebutkan pembelaan Syeikh
Abdurrahman bin Yahya al-Muallimi demikian juga Syeikh al-Albani terhadap
hadits Abu Hurairah ini dan bantahan terhadap kandungan hadits ini yang
disangka bertentangan dengan al-Qur'an, akan kami sebutkan terlebih dahulu beberapa
ayat al-Qur'an yang berkaitan dengan penciptaan langit dan bumi:
1- اللهُ الَّذِي خَلَقَ
السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ وَمَابَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى
عَلَى الْعَرْشِ مَالَكُم مِّن دُونِهِ مِن وَلِيٍّ وَلاَشَفِيعٍ أَفَلاَ
تَتَذَكَّرُونَ {4}
"Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang
ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy.
Tidak ada bagi kamu selain dari padaNya seorang penolongpun dan tidak (pula)
seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?". (QS. As-Sajadah: 4).
2- قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي
خَلَقَ اْلأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَندَادًا ذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ
{9} وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِىَ مِن فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَآ
أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَآءً لِلسَّآئِلِينَ{10} ثُمَّ اسْتَوَى
إِلَى السَّمَآءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعًا أَوْ
كَرْهًا قَالَتَآ أَتَيْنَا طَآئِعِينَ {11} فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي
يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَآءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَآءَ
الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ {12}
"Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada
Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?,
(Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam." Dan dia
menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya
dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat
masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya".
Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan
asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya
menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa." Keduanya menjawab:
"Kami datang dengan suka hati." Maka Dia menjadikannya tujuh langit
dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi
langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya
dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui". (QS.
Fushshilat: 9-12).
3- إِنَّ
رَبَّكُمُ اللهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ
ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِى الَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا
وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلاَلَهُ
الْخَلْقُ وَاْلأَمْرُ تَبَارَكَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ {54}
"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan
langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia
menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan
(diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing)
tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak
Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam".
(QS. al-A'raf: 54).
4- وَلَقَدْ خَلَقْنَا
السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ وَمَابَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَمَامَسَّنَا
مِن لُّغُوبٍ {38}
"Dan sesungguhnya
telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam
masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan". (QS. Qaf: 38).
5- هُوَ
الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى
عَلَى الْعَرْشِ يَعْلَمُ مَايَلِجُ فِي اْلأَرْضِ وَمَايَخْرُجُ مِنْهَا
وَمَايَنزِلُ مِنَ السَّمَآءِ وَمَايَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ
مَاكُنتُمْ وَاللهُ بِمَاتَعْمَلُونَ بَصِيرٌ {4}
"Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
Kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam
bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa
yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. Dan Allah
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan". (QS. Al-Hadid: 4).
6- وَهُوَ
الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ
عَلَى الْمَآءِ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَلَئِن قُلْتَ
إِنَّكُم مَّبْعُوثُونَ مِن بَعْدِ الْمَوْتِ لَيَقُولُنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ
هَذَآلَسِحْرٌ مُّبِينٌ {7}
"Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji
siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada
penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati",
niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah
sihir yang nyata." (QS. Hud: 7).
Ayat-ayat
di atas mengandung beberapa faedah:
1- Allah menciptakan
langit dan bumi selama enam hari.
2- Allah menciptakan
bumi dalam waktu empat hari.
3- Allah menciptakan
langit dalam waktu dua hari.
4- Setelah Allah
menciptakan langit dan bumi, Allah sama sekali tidak letih kemudian Allah
bersemayam di atas 'Arsy yaitu pada hari ketujuh.
5- 'Arsy Allah
berada di atas air.
Dan
di sini kami juga akan menyinggung tentang nama-nama hari karena ada
hubungannya dengan pembahasan ini. Allah menyebutkan nama-nama hari di dalam
al-Qur'an hanya dua nama yaitu Sabtu dan Jum'at. Allah berfirman:
وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَوْا
مِنكُمْ فيِ السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ {65}
"Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang
melanggar diantaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: "Jadilah
kamu kera yang hina." (QS. al-Baqarah: 65). Dan dalam ayat-ayat yang lain
tentang penyebutan hari Sabtu seperti dalam surat
an-Nisa' ayat 47 dan 154, al-A'raf ayat 163 dan an-Nahl ayat 124. Sedangkan
Allah berfirman tentang hari Jum'at:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا
نُودِيَ لِلصَّلاَةِ مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللهِ
وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرُُ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ {9}
"Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan
shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah
jual beli[1475]. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika
kamu mengetahui". (QS.al-Jumu'ah: 9). Adapun nama-nama hari yang lainnya
diambil dari ahli kitab, Rasulullah pun tidak menamainya. Beliau hanya
mengikuti apa yang telah dikenal oleh manusia.
Kapan Allah menciptakan bumi?
Para ulama berselisih tentang
kapan penciptaan bumi, apakah hari sabtu atau hari ahad. Yang berpendapat bahwa
Allah menciptakan bumi pada hari sabtu mereka berdalil dengan hadits Abu
Hurairah ini dan atsar dari Muhammad bin Ishaq: "Ahli Taurat berkata,
"Allah memulai menciptakan makhluk pada hari Ahad" sedangkan ahli
Injil berkata "Allah memulai menciptakan makhluk pada hari Senin",
dan kita kaum muslimin mengatakan apa yang sampai kepada kita dari Rasulullah,
"Allah memulai menciptakan makhluk pada hari Sabtu". (Diriwayatkan
oleh ath-Thabari dalam Tarikhnya: 1/35). Dan berpendapat dengan ini sekelompok
fuqaha' dari madzhab Syafi'iyyah sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Katsir
dalam al-Bidayah.
Sedangkan
dalil yang dipakai tentang penciptaan bumi pada hari ahad di antaranya
atsar-atsar yang datang dari Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, Abdullah bin Salam, Ka'b
al-Ahbar, ad-Dhahhak dan Mujahid. Bahkan Ibnu Jarir sampai mengatakan bahwa
Allah menciptakan bumi pada hari Ahad adalah ijma' salaf dari kalangan ahli
ilmu sebagaimana di dalam Târikhnya: 1/35.
Dan di antara atsar-atsar tersebut sebagai berikut:
Dari
Ka'b berkata, "Allah memulai penciptaan langit pada hari Ahad. Maka
(penciptaan itu) hari Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Jum'at. Dan Allah
menjadikan setiap harinya seribu tahun". (Diriwayatkan oleh Ibnu
Abi Syaibah dalam Mushannafnya no.: 37125). Sedangkan dalam riwayat
ath-Thabari, "Allah menciptakan langit dan bumi pada hari Ahad dan
Senin". (Târikh ath-Thabari: 1/35).
Abdullah
bin Salam berkata, "Sesungguhnya Allah memulai penciptaan, maka
Allah menciptakan bumi pada hari Ahad dan Senin. Allah menciptakan langit pada
hari Selasa dan Rabu, dan Allah menciptakan bahan makanan sedangkan di bumi
tidak ada sesuatupun pada hari Kamis. Dan pada hari Jum'at, Allah selesai dari
semua itu pada waktu shalat ashar dan waktu tersebut antara ashar sampai
terbenamnya matahari". (Diriwayatkan al-Baihaqi dalam as-Sunan
al-Kubra no.: 17484 dan ath-Thabari dalam Târikh: 1/34).
Dari
Mujahid berkata, "Awal penciptaan 'Arsy, air dan udara. Dan bumi di
ciptakan dari air. Dan awal penciptaan pada hari Ahad, Senin, Selasa, Rabu,
Kamis dan pengumpulan makhluk pada hari Jum'at. Yahudi menjadikan hari Sabtu
sebagai hari raya. Sehari dari enam hari tersebut seperti seribu tahun menurut
hitungan kalian". (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf
no.: 37044).
Ibnu
Jarir berkata, "Hannad bin as-Suri mengatakan kepadaku, dia berkata, Abu
Bakar bin 'Iyyasy mengatakan kepadaku dari Abu Sa'id al-Baqqal dari 'Ikrimah
dari Ibnu Abbas. Hannad berkata, "Aku membaca seluruh hadits di hadapan
Abu Bakar, bahwa Yahudi mendatangi Rasulullah dan bertanya kepadanya tentang
penciptaan langit dan bumi. Rasulullah berkata,
"Allah menciptakan bumi pada hari Ahad dan Senin. Allah menciptakan
gunung-gunung pada hari Selasa dan apa yang ada padanya dari manfaat. Dan pada
hari Rabu Allah menciptakan pepohonan, air, kota-kota, kemakmuran dan
kerusakan. Ini empat hari". Kemudian berkata, ""Katakanlah:
"Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua
masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (Yang bersifat) demikian itu adalah
Rabb semesta alam. Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di
atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan
(penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi
orang-orang yang bertanya" (QS. Fushshilat: 9-10), bagi orang yang bertanya".
Kemudian berkata, "Dan Allah menciptakan
langit pada hari Kamis dan pada hari Jum'at menciptakan bintang-bintang,
matahari, bulan dan para malaikat sampai tersisa tiga jam dari hari itu. Pada
jam pertama dari tiga jam tersebut Allah menciptakan kematian orang yang mati.
Jam kedua, Allah melemparkan kerusakan pada setiap hal yang manusia mengambil
manfaat darinya. Dan pada jam ketiga Allah menciptakan Adam dan menempatkannya
di dalam surga. Kemudian Allah memerintahkan Iblis untuk sujud kepada Adam dan
Allah mengeluarkan Iblis dari surga di akhir waktu". Yahudi
berkata, "Kemudian bagaimana wahai Muhammad?". Rasulullah berkata, "Kemudian Allah bersemayam di atas 'Arsy".
Mereka berkata, "Kamu benar jika menyempurnakannya". Mereka berkata,
"Kemudian Allah istirahat". Maka Nabi sangat marah, kemudian turun
ayat "Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan
langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami
sedikitpun tidak ditimpa keletihan. Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang
mereka katakan". (QS. Qaf: 38-39). (Diriwayatkan oleh
ath-Thabari dalam Tafsirnya: 21/432-433 dan Tarikhnya: 1/35, Abusy Syeikh dalam
al-'Adhamah no.: 88784, an-Nuhhâs dalam an-Nâsikh wa al-Mansūkh hal.: 680,
al-Hâkim dalam al-Mustadrak no.: 3997 dan al-Baihaqî dalam al-Asmâ' wa
ash-Shifât no.: 765).
Namun
sanad hadits dari Ibnu Abbas ini lemah karena Abu Sa'd al-Baqqâl yaitu Sa'îd
al-Marzabân seorang perowi yang lemah dan mudallis sebagaimana perkataan Ibnu
Hajar sedangkan Abu Zur'ah mengatakan "Layyinul
hadits" dan Bukhari mengatakan "Munkarul
hadits". Dan Syeikh al-Albani mengatakan akan derajat hadits ini
dengan "Munkar". (as-Silsilah
adh-Dha'ifah no.: 5973).
Adapun
yang diriwayatkan Ibnu Jarir, "Musa bin Harun telah mengatakan kepadaku,
dia berkata, Amr bin hammad berkata kepadaku, dia berkata, Asbath mengatakan
kepadaku dari as-Suddi tentang kabar yang dia menyebutkannya dari Abu Malik dan
dari Abu Shalih dari Ibnu Abbas -dan dari Murrah dari Ibnu Mas'ūd dan dari
sejumlah orang dari kalangan sahabat Nabi, "Dia-lah
Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak
(menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit" (QS.
al-Baqarah: 29). Dia berkata, "Sesungguhnya Allah 'Arsynya di atas
air dan Allah belum menciptakan sesuatupun selain apa yang Dia ciptakan setelah
air. Ketika Allah ingin menciptakan makhluk, Allah mengeluarkan asap dari air.
Maka asap tersebut naik di atas air sehingga tinggi di atas air, maka Allah
menamakannya Samâ' (tinggi). Kemudian air tersebut mengering dan Allah
menjadikan darinya satu bumi. Kemudian Allah membelahnya dan menjadikannya
tujuh bumi dalam waktu dua hari pada hari Ahad dan Senin……".
(Diriwayatkan oleh ath-Thabari dalam Tafsirnya: 1/435, Ibnu Abi Hâtim dalam
Tafsirnya no.: 306, al-Baihaqî dalam al-Asmâ' wa ash-Shifât no.: 807).
Ibnu
Jarîr ath-Thabari mengomentari sendiri sanad yang dia sebutkan ini di dalam
Tafsirnya, "Apabila itu benar, dan aku tidak mengetahuinya benar karena
aku meragukan sanadnya". (Tafsir ath-Thabari: 1/354). Dan Ahmad Muhammad
Syâkir berkata ketika mengomentari perkataan Ibnu Jarîr ini, "Dan Ibnu
Jarîr tidak menyebutkan sebab keraguannya terhadap sanadnya. Dan meskipun dia
meragukan sanadnya, dia banyak meriwayatkan sanad tersebut, akan tetapi dia
sama sekali tidak menjadikannya sebagai hujjah". (Tafsir ath-Thabari:
1/156).
Di
sini kita akan membahas hadits Abu Hurairah di atas yang diingkari oleh para
ulama hadits sebagaimana telah kita sebutkan di atas. Benarkah hadits ini ber'illah (ada
celaannya)?. Benarkah hadits ini bertentangan dengan al-Qur'an?.
Mari
kita simak perkataan Syeikh Abdurrahman bin Yahya al-Mu'allimi yang berkata:
Sebagian ahli hadits mengingkari kabar ini, dan perincian sebab pengingkaran
mereka karena beberapa sebab:
Pertama: Hadits tersebut tidak menyebutkan penciptaan langit dan
hadits tersebut menjadikan penciptaan bumi selama enam hari.
Kedua: Hadits tersebut menyebutkan penciptaan selama tujuh hari
padahal al-Qur'an menjelaskan bahwa penciptaan langit dan bumi dalam waktu enam
hari. Empat hari untuk penciptaan bumi dan dua hari untuk penciptaan langit.
Ketiga: Hadits tersebut menyelisihi atsar-atsar yang mengatakan:
"Sesungguhnya awal dari enam hari tersebut pada hari Ahad dan itu yang
ditunjukkan oleh nama-nama hari: Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis.
Oleh
karena itu, mereka berusaha untuk mencari 'illah
(penyakit/cacat) hadits tersebut. Ibnu al-Madini menyebutkan 'illah hadits tersebut bahwa Ibrahim bin Abi
Yahya telah meriwayatkan hadits tersebut dari Ayyub. Ibnu al-Madini berkata,
"Aku memandang bahwa Ismail bin Umayyah tidak mengambil hadits ini kecuali
dari Ibrahim bin Abi Yahya". [lihat al-Asmâ' wa ash-Shifât hal: 276, (no.:
813)]. Yaitu Ibrahim yang dituduh pendusta, maka hadits tersebut tidak tetap
dari Ayyub dan tidak pula dari perowi di atasnya. Ini bisa dibantah, bahwa
Ismail bin Umayyah seorang yang tsiqah menurut mereka dan bukan mudallis. Oleh
karena itu wallahu a'lam, Bukhari tidak menerima perkataan Syeikhnya Ibnu
al-Madini dan Bukhari menyebutkan 'illah
hadits ini dengan 'illah yang lain.
Bukhari menyebutkan ujung hadits ini dalam biografi Ayyub dalam ([Târikh
al-Kabîr: 1/413]) kemudian berkata, "Sebagian perowi berkata, dari Abu
Hurairah dari Ka'b dan ini lebih benar". (Perkataan Bukhari tersebut
dinukil oleh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya: 4/115 dan al-Bidâyah: 1/18).
Perkataan Bukhari ini membawa kepada firasat bahwa Ayyub salah. (al-Anwâr
al-Kâsyifah: 1/198-199).
Di
antara ulama yang mengikuti Imam Bukhari adalah Syeikhul islam Ibnu Taimiyah
yang berkata ketika mengomentari hadits Abu Hurairah ini, "Ini hadits ber'illah yang dicela oleh para imam hadits seperti
Bukhari dan selainnya. Bukhari berkata, "Yang benar hadits tersebut mawquf pada Ka'b". Dan al-Baihaqi telah
menyebutkan 'illahnya pula".
(Majmu' al-Fatawa: 17/135-236).
Sedangkan
Ibnul Qayyim berkata dalam kitabnya al-Manâr al-Munif, pasal 19-153 hal.: 84,
"Dan menyerupai ini apa yang terjadi kesalahan padanya dari hadits Abu
Hurairah, "Allah menciptakan tanah (bumi) pada
hari sabtu", hadits ini di dalam Shahih Muslim akan tetapi
terjadi kesalahan dalam memarfu'kan hadits ini. Sesungguhnya hadits tersebut
adalah perkataan Ka'b al-Ahbâr. Demikianlah yang disampaikan oleh Imam ahli
hadits Muhammad bin Ismail al-Bukhari di dalam kitabnya at-Târikh al-Kabir dan
selainnya dari para ulama, juga mengatakan demikian. Dan hadits ini sebagaimana
yang mereka sampaikan, karena Allah telah mengkabarkan bahwa Dia menciptakan
langit dan bumi beserta apa yang ada pada keduanya selama enam hari, sedangkan
konsekuensi hadits ini menunjukkan penciptaan berlangsung tujuh hari. Wallahu
Ta'ala a'lam. (al-Manâr al-Munif hal.: 84-86).
Demikian
pula Ibnu Katsir berkata setelah menyebutkan hadits ini dalam Tafsirnya,
"Muslim bin al-Hajjâj telah meriwayatkan hadits ini di dalam Shahîhnya
demikian juga an-Nasâi dengan sisi periwayatan yang berbeda dari Hajjâj yaitu
Ibnu Muhammad al-A'war dari Ibnu Juraij. Dalam hadits tersebut (ada penyebutan
penciptaan) mencakup tujuh hari. Sedangkan Allah telah mengatakan selama enam
hari. Oleh karena itu Bukhari dan selainnya dari para huffadz mengomentari
hadits ini dan menjadikannya termasuk riwayat Abu Hurairah dari Ka'b al-Ahbâr
dan bukan marfu'. Wallahu a'lam". (Tafsir Ibnu Katsir: 3/426).
Mengenai
perkataan Ibnu al-Madini yang mengatakan bahwa Ismail bin Umayyah tidak
mengambil hadits ini kecuali dari Ibrahim bin Abi Yahya, Syeikh Muhammad
Nashiruddin al-Albani memberikan jawaban: "Tuduhan ini tanpa dalil, hanya
sekedar pendapat. Dan semacam itu tidak menyebabkan riwayat Ismail bin Ummayyah
ditolak. Dia seorang yang "tsiqah tsabt"
sebagaimana yang dikatakan al-Hafidz di dalam at-Taqrib, terlebih lagi
riwayatnya ada tâbi'nya. Abu Ya'la telah
meriwayatkan di dalam Musnadnya [1/288] dari jalan Hajjaj bin Muhammad dari
Ayyub bin Khalid dari Abdullah bin Rafi'. Akan tetapi mungkin ada sesuatu yang
saqath (tertinggal) dari sanadnya tersebut". (Shahih al-Jami': 4/449,
dinukil dari as-Silsilah ash-Shahihah al-mujalladat al-kamilah 1-9: 4/332).
Dan
kelanjutan perkataan Syeikh Abdurrahman bin Yahya al-Mu'allimi, sebagai
berikut: Firasat (Bukhari) ini (yang menyatakan bahwa Abu Hurairah mengambil
hadits ini dari Ka'b) terbangun di atas tiga hal:
Pertama: Pengingkaran hadits ini sebagaimana yang telah lalu.
Kedua: Ayyub bukan perowi yang kuat, dia sedikit meriwayatkan hadits
dan Muslim tidak mengeluarkan haditsnya kecuali hadits ini sehingga dia tidak
termasuk perowi yang meriwayatkan dua kitab shahih (Shahih Bukhari dan Shahih
Muslim). Al-Azdî menyebutkan biografinya dan dia tidak menyebutkan seorangpun
dari para imam yang mentsiqahkan dia kecuali Ibnu Hibbân yang telah menyebutnya
termasuk perowi tsiqah. Sedangkan persyaratan Ibnu Hibbân dalam memberikan
tautsiq dikenal sangat pemaaf (tidak ketat).
Ketiga: Riwayat yang Bukhari terpaksa menyampaikannya dengan perkataan
"Sebagian perowi berkata". Alangkah baiknya kalau dia menyebutkan
sanad dan matannya, mungkin saja riwayat itu sendiri lemah namun kuat
menurutnya karena dua sebab terdahulu. Yang menunjukkan akan lemahnya riwayat
tersebut bahwa yang dihafal dari riwayat Ka'b, Abdullah bin Salam dan Wahb bin
Munabbih dan dari perowi yang mengambil dari mereka bahwa awal penciptaan pada
hari ahad dan ini adalah pendapat ahli kitab yang disebutkan dalam buku-buku
mereka dan yang dihafal dari perkataan mereka dan itulah yang dimaksudkan dari
perkataan mereka tentang hari Sabtu. [Lihat al-Asmâ' wa ash-Shifat: 272 dan
275, dan awal-awal Tarikh Ibnu Jarir].
Dalam
ad-Durr al-Mantsur [3/91], Ibnu Abi Syaibah mengeluarkan dari Ka'b berkata, "Allah
memulai penciptaan langit dan bumi pada hari ahad, senin, selasa, rabu, kamis
dan jum'at dan Allah menjadikan setiap harinya seribu tahun". Dan
Ibnu Jarir menyebutkan sanadnya di awal-awal tarikhnya [1:22 –al-Husainiyyah-]
dan meringkasnya, "Allah memulai penciptaan langit dan bumi pada hari
ahad dan senin". Ini menolak apa yang ada dalam hadits di atas
dari perkataan Ka'b. Sedangkan Ayyub perowi yang tidak mengapa (di ambil
riwayatnya) dan perbuatan Ibnu al-Madini menunjukkan kuatnya Ayyub menurutnya.
Dan Muslim telah mengeluarkan haditsnya sebagaimana yang telah kamu ketahui,
meskipun batasan dia selayaknya tidak digunakan sebagai hujjah di dalam kitab
shahih. Inti keraguan terhadap haditsnya tersebut karena pengingkaran.
(al-Anwâr al-Kâsyifah: 1/198-199).
Dan
Syeikh Muhammad Nashiruddin al-Albani juga memiliki komentar terhadap perkataan
Bukhari tersebut dengan berkata: "(Perkataan Bukhari) ini seperti
(perkataan) orang sebelumnya –yaitu Ibnu al-Madini, pent-. Lalu siapa sebagian
perowi ini?. Apa kedudukannya dalam keakurasian dan hafalannya sampai
dirajihkan di atas riwayat Abdullah bin Râfi'?. Yang mana an-Nasâi dan Ibnu
Hibbân telah mentsiqahkannya, Muslim
berhujjah dengannya, sekelompok orang juga meriwayatkan darinya dan cukuplah
(sebagai sandaran) akan keshahihan hadits ini bahwa Ibnu Ma'în telah
meriwayatkannya dan tidak menyebutkan sedikitpun dari 'illah!".
(Shahih al-Jami': 4/449 yang dinukil dari as-Silsilah ash-Shahihah
al-mujalladat al-kamilah 1-9: 4/332).
Dan
jawaban terhadap pengingkaran tersebut sebagaimana yang di sebutkan oleh Syeikh
al-Mu'allimi sebagai berikut:
Jawaban terhadap pengingkaran pertama: Sesungguhnya hadits
tersebut meskipun tidak mengatakan tentang penciptaan langit tapi telah
mengisyaratkan pada penciptaan langit pada hari kelima (diciptakan) cahaya dan
pada hari keenam (diciptakan) binatang melata dan kehidupan binatang
membutuhkan panas sedangkan cahaya dan panas sumbernya dari bagian-bagian
langit. Dan yang ada dalam hadits tersebut bahwa penciptaan bumi sendiri selama
empat hari sebagaimana dalam al-Qur'an dan al-Qur'an ketika menyebutkan
penciptaan bumi selama empat hari tidak menyebutkan apa yang menunjukkan kepada
apa yang diciptakan pada empat hari tersebut termasuk cahaya dan binatang. Dan
ketika menyebutkan penciptaan langit dalam waktu dua hari, tidak menyebutkan
apa yang menunjukkan bahwa pada waktu dua hari tersebut tidak terjadi
sesuatupun di bumi. Secara akal setelah sempurnanya penciptaan bumi, maka bumi
mulai berkembang dengan apa yang telah Allah siapkan padanya. Dan Allah tidak
menyibukkan-Nya satu urusan terhadap urusan yang lain. (al-Anwâr al-Kâsyifah:
1/200).
Sedangkan
Syeikh al-Albani memiliki jawaban lain untuk menyatukan antara hadits Abu
Hurairah ini dengan al-Qur'an, beliau berkata: "Dan hadits ini tidak menyelisihi
al-Qur'an dari satu sisipun berbeda dengan apa yang disangka oleh sebagian
orang. Sesungguhnya hadits ini menjelaskan proses penciptaan di bumi saja dan
itu terjadi dalam waktu tujuh hari sedangkan al-Qur'an telahnya menyatakan
bahwa penciptaan langit dan bumi salama enam hari sedangkan penciptaan bumi
salama dua hari tidak bertentangan dengan itu. Karena mengandung kemungkinan
bahwa enam hari tersebut bukan tujuh hari yang disebutkan dalam hadits ini. Dan
hadits ini berbicara tentang fase dari fase-fase perkembangan penciptaan di
muka bumi sampai pantas untuk tempat tinggal. Dan menguatkan hal ini bahwa
al-Qur'an menyebutkan bahwa sebagian hari di sisi Allah seperti seribu tahun
dan sebagiannya seukuran lima
puluh ribu tahun. Maka apa penghalang bila enam hari tersebut dari sisi
ini dan tujuh hari tersebut dari hari-hari kita ini, sebagaimana kesharihan
hadits ini?. Sehingga tidak ada kontradiksi antara hadits ini dengan
al-Qur'an". (Misykâtul Mashâbîh hadits no.: 5734, lihat pula ta'liq Syeikh
al-Albani dalam Mukhtashar al-Uluw hadits no.: 71).
Kelanjutan
jawaban Syeikh al-Mu'allimi sebagai berikut:
Jawaban terhadap pengingkaran kedua: Tidak ada dalam hadits
ini keterangan bahwa pada hari ketujuh ada penciptaan selain Adam. Dan tidak
ada di dalam al-Qur'an apa yang menunjukkan bahwa penciptaan Adam pada salah
satu hari di antara hari-hari yang enam tersebut, bahkan itu sesuatu yang jelas
kebatilannya. Di dalam ayat-ayat di awal-awal surat
al-Baqarah dan di beberapa atsar tentang penciptaan Adam bisa di ambil
kesimpulan bahwa sebelum Adam di ciptakan di sana
ada makhluk penghuni bumi sebelum Adam, mereka hidup di bumi dalam waktu yang
lama. Ini mendukung perkataan bahwa Adam diciptakan belakangan dalam waktu yang
cukup lama setelah penciptaan langit dan bumi. Maka
merenungi ayat-ayat dan hadits di atas penjelasan ini, akan jelas bagimu isya Allah bahwa tuduhan hadits ini menyelisihi dhahir al-Qur'an telah
terbantah dan segala puji bagi Allah.
Jawaban pengingkaran ketiga: Atsar-atsar
yang menyatakan bahwa awal penciptaan makhluk pada hari ahad, ada yang marfu'
akan tetapi jauh lebih lemah dibandingkan dengan hadits ini. Adapun yang
tidak marfu', kebanyakan dari perkataan Abdullah bin Salam, Ka'b, Wahb dan
orang yang mengambil dari israilliyyat. Dan penamaan hari-hari sebelum islam
mengikuti ahli kitab, ketika islam datang nama-nama tersebut telah terkenal dan
tersebar maka secara dharuri dipandang tidak perlu merubahnya karena menetapkan nama-nama yang
telah dikenal dan tersebar tidak dianggap mengakui moment-momentnya yang
diambil darinya atau terbangun atasnya, karena telah menjadi tidak menunjukkan
pada moment-moment tersebut akan tetapi hanya menunjukkan pada nama saja. Dan
karena permasalahannya tidak berkaitan dengan hal yang wajib diyakini atau
berkaitan dengannya hukum syar'i, sehingga tidak perlu diambil yang benar
dengan merubah apa yang telah terkenal dan tersebar dari penamaan hari.
as-Suhaili dalam kitab [ar-Raudh al-Anif: 1/271] menyebutkan
permasalahan ini dan mendukung perkataan Ibnu Ishak dan selainnya yang setuju
dengan hadits ini sampai berkata, "Dan yang aneh dari ath-Thabari dengan
keluasan ilmunya, bagaimana dia menyelisihi konsekuensi hadits ini dan
membantah dengan panjang lebar terhadap Ibnu Ishaq dan selainnya dan condong kepada
perkataan Yahudi bahwa ahad adalah hari pertama". Dan perkataannya yang
lain memberikan beberapa faedah di antaranya bahwa penamaan tersebut secara
khususnya lima
hari tidak datang penamaannya di dalam al-Qur'an sedikitpun. Dan datang di
dalam al-Qur'an dua nama yaitu Jum'at dan Sabtu sehingga al-Qur'an tidak ada
kaitannya dengan nama-nama yang diada-adakan tersebut.
Di antara faedah yang lain dari perkataan as-Suhaili, menurut
ketentuan hadits bahwa Jum'at adalah hari ketujuh dan tujuh adalah ganjil
sesuai dengan keutamaan hari Jum'at sebagaimana hadits "Sesungguhnya
Allah witir (esa) dan menyukai witir (ganjil)". (Muttafaq
'alaihi). Dan digabungkan dengan ini hari senin, sesungguhnya hari senin
menurut hadits ini hari ketiga dan itu sesuai dengan keutamaannya. Di dalam
hadits shahih "Pada hari senin aku dilahirkan dan pada hari itu aku
mendapatkan wahyu". (Diriwayatkan oleh Muslim no.: 2807). Adapun hari
kamis, telah datang keutamaan puasa pada hari itu dan hal itu dijelaskan dengan
(hal sebagai berikut): tatkala tidak memungkinkan puasa pada hari yang utama
yaitu hari jum'at karena hari jum'at adalah hari raya dalam setiap minggunya,
maka diganti dengan hari yang sebelumnya. Dan di dalam hal ini ada hal yang
menguatkan akan keserupaan hari jum'at dengan hari raya. Di dalam kitab
ash-Shahihain dalam hadits tentang hari jum'at, "Kita umat yang
belakangan namun paling duluan". (Muttafaq 'alaihi). Kesesuaiannya,
hendaknya hari milik orang belakangan adalah hari yang paling terakhir.
Ini, dan apa yang ada di al-Bidayah karya Ibnu Katsir [1/71],
"an-Nasâi (as-Sunan al-Kubrâ no.: 11392) telah meriwayatkan di
dalam tafsir dari Ibrahim bin Ya'qub al-Jauzajâni
dari Muhammad bin ash-Shabbâh dari Abi Ubaidah
al-Haddâd dari al-Akhdhar al-'Ajlân dari Ibnu Juraij dari Atha' dari Abu Hurairah,
"Sesungguhnya Rasulullah memegang tanganku dan berkata, "Wahai Abu Hurairah, sesungguhnya Allah menciptakan
langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam waktu enam hari.
Kemudian Allah bersemanyam di atas 'Arsy pada hari ketujuh dan Allah
menciptakan tanah (bumi) pada hari sabtu". (HR. an-Nasâi dalam
as-Sunan al-Kubra no.: 11392). An-Nasâi menyebutkan hadits dengan sempurna
semisal itu. Dan telah diperselisihkan tentang Ibnu Juraij".
Aku (Abdurrahman bin Yahya al-Mu'allimi) katakan: Tentang
keshahihan riwayat ini dari Ibnu Juraij dari Atha' bin Abi Rabbâh
ada penelitian, aku tidak akan memperpanjang penjelasannya. Barangsiapa yang
ingin mentahqiq silahkan melihat [Tahdzib at-Tahdzib: 7/213, Fath al-Bâri: 8/511 dan muqaddimahnya hal.: 373] dan biografi Akhdhar
dan Utsman bin Atha' di kitab al-Mizân dan
selainnya. Wallahu al-Muwaffiq. (al-Anwâr al-Kâsyifah: 1/200-202).
Namun Syeikh al-Albani mengatakan hadits an-Nasâi ini "Jayyidul
isnâd" sebagaimana dalam Mukhtashar al-'Uluw.
Dari apa yang kami sampaikan dari perkataan para ulama, bisa
diambil kesimpulan:
1- Allah
menciptakan langit dan bumi dalam waktu enam hari.
2- Allah
menciptakan bumi pada hari Sabtu berdasarkan hadits Abu Hurairah yang shahih
tersebut.
3- Atsar-atsar
yang menyatakan Allah menciptakan bumi pada hari Ahad dan Senin dari kabar
israiliyyat.
4- Allah
menciptakan Adam pada hari Jum'at dan Jum'at adalah hari ketujuh. Ini tidak
bertentangan dengan al-Qur'an, karena al-Qur'an ketika menyatakan bahwa Allah
menciptakan langit dan bumi selama enam hari tidak menyebutkan Adam termasuk
yang Dia ciptakan dalam waktu enam hari tersebut.
5- Keutamaan
bilangan ganjil karena Allah mencintainya dan di antara hari-hari ganjil yang
datang keutamaannya: hari Sabtu (hari pertama) Allah menciptakan bumi, hari
Senin (hari ketiga) Rasulullah mensunahkan puasa pada hari itu dan hari Jum'at
(hari ketujuh) adalah hari raya kaum muslimin dalam setiap minggunya.
6- Allah
memberikan hidayah kepada umat islam untuk menjadikan hari Jum'at sebagai hari
istimewa (hari raya) dalam setiap minggunya, sebagaimana dalam hadits, "Allah
menyesatkan orang sebelum kita dari hari Jum'at. Bagi Yahudi hari Sabtu dan
bagi Nashrani hari Ahad. Kemudian Allah mendatangkan kita dan memberi hidayah
kepada kita kepada hari Jum'at. Maka Allah menjadikan (hari yang utama) Jum'at,
Sabtu dan Ahad. Demikian juga mereka mengikuti kita pada hari kiamat,
kita umat belakangan dari penduduk dunia dan umat yang pertama-tama dihisab
pada hari kiamat sebelum seluruh makhluk". (HR. Muslim
no.: 2019).
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kaum muslimin, Wallâhu
Ta'ala a'lam. Wa shallâhu 'alâ Nabiyyinâ Muhammad wa 'alâ âlihi wa
shahbihi ajma'în. Walhamdulillâh Rabbil 'âlamîn……
Maraji':
1-
al-Qur'ân al-Karim
2- al-Anwâr
al-Kâsyifah Limâ fi Kitâb Adhwâi 'ala as-Sunnah min az-Zalal wa at-Tadhlil wa
al-Mujâzafah karya Abdurrahman bin Yahyâ al-Mu'allimi (Wafat: 1376 H).
3- al-Asmâ' wa
ash-Shifât karya Abu Bakar Ahmad bin al-Husain bin Ali al-Baihaqî (Wafat: 458
H).
4- al-'Azhamah karya
Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad bin Ja'far bin Hayyân dikenal Abusy Syeikh
al-Ashbahâni (Wafat: 369 H).
5- al-Bidâyah wa
an-Nihâyah karya Abu al-Fidâ' Ismâil bin Umar bin Katsîr al-Qurasyi ad-Dimasyqi
(Wafat: 774 H).
6- Jâmi' al-Bayân fi
Ta'wil al-Qur'ân karya Muhammad bin Jarîr bin Yazîd bin Katsîr bin Ghâlib
al-Âmili ath-Thabari (Wafat: 310 H).
7- Majmu' al-Fatâwâ
karya Taqiyyudin Abul 'Abbas Ahmad bin Abdul Halim bin Taimiyah al-Harrâni
(Wafat: 728 H).
8- al-Manâr
al-Munif fi Ash-Shahih wa azd-Dha'if karya Abu Abdillah Muhammad bin Abi
Bakar al-Hanbali ad-Dimasyqi dikenal Ibnul Qayyim (Wafat: 751 H).
9- Misykâtul
Mashâbîh karya Muhammad bin Abdullah al-Khathîb at-Tibrîzi dengan tahqiq
Muhammad Nashiruddin al-Albâni (Wafat: 1420 H).
10- al-Mu'jam al-Awsath karya Abu al-Qasim
Sulaimân bin Ahmad ath-Thabranî (Wafat: 360 H).
11- Mukhtashar
al-'Uluw karya Muhammad Nashiruddin al-Albâni (Wafat: 1420 H).
12- Mushannaf Ibni Abi Syaibah karya Abu
Bakar Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah al-'Absi al-Kufi (Wafat: 235 H).
13- Musnad Abi Ya'lâ karya Abu Ya'lâ Ahmad
bin Ali bin al-Mutsannâ al-Mūshili (Wafat: 307 H).
14- Musnad al-Imâm
Ahmad karya al-Imâm Ahmad bin Hanbal (Wafat: 241 H).
15- al-Mustadrak 'ala ash-Shahîhain karya
Abu Abdillah Muhammad bin Abdillah al-Hâkim an-Naisaburi (Wafat: 405 H).
16- an-Nâsikh wa al-Mansūkh karya Abu Ja'far
Ahmad bin Muhammad bin Ismâil al-Murâdî an-Nuhhâs (Wafat: 338 H).
17- Shahih al-Bukhâri karya Abu Abdillah
Muhammad bin Ismâil bin Ibrâhim bin al-Mughîrah al-Ju'fî al-Bukhâri (Wafat: 256
H).
18- Shahih Ibni Hibbân karya Muhammad bin
Hibbân bin Ahmad Abu Hatim at-Tamimi al-Busti (Wafat: 354 H).
19- Shahih Ibni Khuzaimah karya Abu Bakar
Muhammad bin Ishâq bin Khuzaimah an-Naisaburi (Wafat: 311 H).
20- Shahih Muslim karya Muslim bin al-Hajjâj
Abu al-Hasan al-Qusyairi (Wafat: 261 H).
21- As-Silsilah al-Ahâdits adh-Dha'îfah wa al-Maudhū'ah
wa Atsaruhâ as-Sayyi' fi al-Ummah karya Muhammad Nashiruddin bin al-Hâj Nūh
al-Albâni (Wafat: 1420 H).
22- as-Silsilah ash-Shahîhah karya Muhammad
Nashiruddin al-Albâni (Wafat: 1420 H).
23- as-Sunan al-Kubrâ karya Abu Bakar
Ahmad bin al-Husain bin Ali al-Baihaqî (Wafat: 458 H).
24- as-Sunan
al-Kubrâ karya Ahmad bin Syu'aib Abu Abdurrahman an-Nasâi (Wafat: 303
H).
25- Tafsir al-Qur'an al-'Azhim karya al-Imam
Abu Muhammad Abdurrahman bin Muhammad bin Idris ar-Râzi bin Ibnu Abi Hâtim
(Wafat: 327 H).
26- Tafsir al-Qur'ân al-'Azhim karya Abu
al-Fidâ' Ismâil bin Umar bin Katsir al-Qurasyi ad-Dimasyqi (Wafat: 774 H).
27- Tahdzib at-Tahdzib karya Ahmad bin Ali
bin Hajar Abu al-Fadhl al-'Asqalâni (Wafat: 852 H).
28- Taqrib at-Tahdzib karya Ahmad bin Ali
bin Hajar Abu al-Fadhl al-'Asqalâni (Wafat: 852 H).
29- Tarikh Ibnu Ma'în yang diriwayatkan oleh
ad-Duri karya Yahyâ bin Ma'în bin 'Aun al-Murri al-Ghathafâni al-Baghdâdi
(Wafat: 233 H).
30- Târikh al-Kabîr karya Abu Abdillah
Muhammad bin Ismâil bin Ibrâhim bin al-Mughîrah al-Ju'fi al-Bukhâri (Wafat: 256
H).
31- Târikh al-Umam wa al-Muluk atau Târikh
ath-Thabarî karya Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghâlib al-Âmili
ath-Thabari (Wafat: 310 H).
32- at-Tauhîd karya al-Imâm Abu Abdillah
Muhammad bin Ishâq bin Muhammad bin Yahyâ bin Mundah (Wafat: 395 H).
33- Ats-Tsiqât karya Muhammad bin Hibbân bin
Ahmad Abu Hâtim at-Tamimi al-Busti (Wafat: 354 H).