Kamis, 29 April 2010

Allah menciptakan bumi pada hari Sabtu atau Ahad?




oleh: Rohmatullah Ngimaduddin, Lc.

Imam Muslim telah mengeluarkan hadits dari Abu Hurairah dengan berkata:
حَدَّثَنِى سُرَيْجُ بْنُ يُونُسَ وَهَارُونُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالاَ حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ  مُحَمَّدٍ قَالَ قَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِى إِسْمَاعِيلُ بْنُ أُمَيَّةَ عَنْ أَيُّوبَ بْنِ خَالِدٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ رَافِعٍ مَوْلَى أُمِّ سَلَمَةَ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- بِيَدِى فَقَالَ « خَلَقَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ التُّرْبَةَ يَوْمَ السَّبْتِ وَخَلَقَ فِيهَا الْجِبَالَ يَوْمَ الأَحَدِ وَخَلَقَ الشَّجَرَ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَخَلَقَ الْمَكْرُوهَ يَوْمَ الثُّلاَثَاءِ وَخَلَقَ النُّورَ يَوْمَ الأَرْبِعَاءِ وَبَثَّ فِيهَا الدَّوَابَّ يَوْمَ الْخَمِيسِ وَخَلَقَ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ بَعْدَ الْعَصْرِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فِى آخِرِ الْخَلْقِ وَفِى آخِرِ سَاعَةٍ مِنْ سَاعَاتِ الْجُمُعَةِ فِيمَا بَيْنَ الْعَصْرِ إِلَى اللَّيْلِ ».
Mengatakan kepadaku Suraij bin Yūnus dan Hârun bin Abdullah, kedua berkata, telah mengatakan kepadaku Hajjâj bin Muhammad dengan berkata, Ibnu Juraij telah berkata, telah mengkabarkan kepadaku Ismâil bin Ummayah dari Ayyūb bin Khalid dari Abdullah bin Râfi' bekas budak Ummi Salamah dari Abu Hurairah yang berkata, 'Rasulullah memegang tanganku dan berkata, "Allah menciptakan tanah (bumi) pada hari sabtu. Kemudian Allah menciptakan gunung-gunung di bumi pada hari ahad dan Allah menciptakan pepohonan pada hari senin. Kemudian Allah menciptakan hal-hal yang di benci pada hari selasa. Dan Allah menciptakan cahaya pada hari rabu. Dan Allah menyebarkan binatang melata di bumi pada hari kamis. Dan Allah menciptakan Adam setelah ashar pada hari jum'at, makhluk yang paling akhir Allah ciptakan di akhir waktu pada hari Jum'at antara waktu ashar sampai malam". (HR. Muslim no.: 7231).

Takhrij hadits:
Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Muslim no.: 7231, Ahmad no.: 8563, Ibnu Ma'în dalam Tarikhnya yang diriwayatkan oleh ad-Duri no.: 210, Ibnu Mundah dalam at-Tauhîd no.: 54, Abu Ya'lâ dalam Musnad no.: 6132, al-Baihaqî dalam as-Sunan al-Kubrâ no.: 18159 dan al-Asmâ' wa ash-Shifât no.: 36, 812 dan 813, Ibnu Hibbân dalam Shahihnya no.: 6161, Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya no.: 1731, ath-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Awsath no.: 3232, an-Nasâi dalam as-Sunan al-Kubrâ no.: 11393, Abusy Syeikh dalam al-'Adhamah no.: 58751, ath-Thabarî dalam Tafsirnya: 21/433 dan Târikhnya: 1/35.

Hadits ini shahih karena para perowinya di dalam riwayat Muslim semuanya perowi yang tsiqah kecuali Ayyūb bin Khâlid. Ibnu Hajar mengatakan padanya layyin (lembek). Sedangkan Ibnu Hibbân memasukkannya dalam para perowi tsiqah. Imam Muslim telah mengeluarkan hadits ini di dalam Shahihnya dan Syeikh al-Albâni menshahihkan hadits ini dalam as-Silsilah ash-Shahîhah no.: 1833.

Faedah-faedah hadits:
1-      Allah menciptakan tanah (bumi) pada hari Sabtu.
2-      Allah menciptakan gunung-gunung pada hari ahad.
3-      Allah menciptakan pepohonan pada hari senin.
4-      Allah menciptakan hal-hal yang dibenci pada hari selasa.
5-      Allah menciptakan cahaya pada hari rabu.
6-      Allah menciptakan binatang pada hari kamis.
7-      Allah menciptakan Adam pada hari jum'at.
8-      Hadits ini menyinggung penciptaan bumi selama empat hari yaitu dengan penciptaan: tanah, gunung-gunung, pepohonan dan hal-hal yang dibenci.
9-      Hadits ini menyinggung penciptaan langit selama dua hari yaitu dengan penciptaan cahaya dan binatang. Untuk faedah ini bisa dilihat perkataan Syeikh Abdurrahman bin Yahya al-Mu'allimi ketika menjawab pengingkaran terhadap hadits ini karena dianggap bertentangan dengan al-Qur'an yang akan datang penyebutannya.

Namun hadits ini mendapatkan kritikan dari beberapa ulama di antaranya: Imam Bukhari, Ali al-Madini dan al-Baihaqi serta para ulama yang datang setelah mereka yang mendukung perkataan mereka. Sebelum kita menyebutkan pembelaan Syeikh Abdurrahman bin Yahya al-Muallimi demikian juga Syeikh al-Albani terhadap hadits Abu Hurairah ini dan bantahan terhadap kandungan hadits ini yang disangka bertentangan dengan al-Qur'an, akan kami sebutkan terlebih dahulu beberapa ayat al-Qur'an yang berkaitan dengan penciptaan langit dan bumi:

1-      اللهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ وَمَابَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ مَالَكُم مِّن دُونِهِ مِن وَلِيٍّ وَلاَشَفِيعٍ أَفَلاَ تَتَذَكَّرُونَ {4}
"Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Tidak ada bagi kamu selain dari padaNya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?". (QS. As-Sajadah: 4).

2-   قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ اْلأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَندَادًا ذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ {9} وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِىَ مِن فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَآ أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَآءً لِلسَّآئِلِينَ{10} ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَآءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَآ أَتَيْنَا طَآئِعِينَ {11} فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَآءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَآءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ {12}
"Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?, (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam." Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya". Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa." Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati." Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui". (QS. Fushshilat: 9-12).

3- إِنَّ رَبَّكُمُ اللهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِى الَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلاَلَهُ الْخَلْقُ وَاْلأَمْرُ تَبَارَكَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ {54}
"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam". (QS. al-A'raf: 54).

4- وَلَقَدْ خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ وَمَابَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَمَامَسَّنَا مِن لُّغُوبٍ {38}
"Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan". (QS. Qaf: 38).

5- هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يَعْلَمُ مَايَلِجُ فِي اْلأَرْضِ وَمَايَخْرُجُ مِنْهَا وَمَايَنزِلُ مِنَ السَّمَآءِ وَمَايَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَاكُنتُمْ وَاللهُ بِمَاتَعْمَلُونَ بَصِيرٌ {4}
"Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, Kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan". (QS. Al-Hadid: 4).

6- وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَآءِ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَلَئِن قُلْتَ إِنَّكُم مَّبْعُوثُونَ مِن بَعْدِ الْمَوْتِ لَيَقُولُنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَآلَسِحْرٌ مُّبِينٌ {7}
"Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata." (QS. Hud: 7).

Ayat-ayat di atas mengandung beberapa faedah:
1-      Allah menciptakan langit dan bumi selama enam hari.
2-      Allah menciptakan bumi dalam waktu empat hari.
3-      Allah menciptakan langit dalam waktu dua hari.
4-      Setelah Allah menciptakan langit dan bumi, Allah sama sekali tidak letih kemudian Allah bersemayam di atas 'Arsy yaitu pada hari ketujuh.
5-      'Arsy Allah berada di atas air.

Dan di sini kami juga akan menyinggung tentang nama-nama hari karena ada hubungannya dengan pembahasan ini. Allah menyebutkan nama-nama hari di dalam al-Qur'an hanya dua nama yaitu Sabtu dan Jum'at. Allah berfirman:
وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَوْا مِنكُمْ فيِ السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ {65}
"Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: "Jadilah kamu kera yang hina." (QS. al-Baqarah: 65).  Dan dalam ayat-ayat yang lain tentang penyebutan hari Sabtu seperti dalam surat an-Nisa' ayat 47 dan 154, al-A'raf ayat 163 dan an-Nahl ayat 124. Sedangkan Allah berfirman tentang hari Jum'at:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاَةِ مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرُُ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ {9}
"Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli[1475]. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui". (QS.al-Jumu'ah: 9). Adapun nama-nama hari yang lainnya diambil dari ahli kitab, Rasulullah pun tidak menamainya. Beliau hanya mengikuti apa yang telah dikenal oleh manusia.

Kapan Allah menciptakan bumi?
Para ulama berselisih tentang kapan penciptaan bumi, apakah hari sabtu atau hari ahad. Yang berpendapat bahwa Allah menciptakan bumi pada hari sabtu mereka berdalil dengan hadits Abu Hurairah ini dan atsar dari Muhammad bin Ishaq: "Ahli Taurat berkata, "Allah memulai menciptakan makhluk pada hari Ahad" sedangkan ahli Injil berkata "Allah memulai menciptakan makhluk pada hari Senin", dan kita kaum muslimin mengatakan apa yang sampai kepada kita dari Rasulullah, "Allah memulai menciptakan makhluk pada hari Sabtu". (Diriwayatkan oleh ath-Thabari dalam Tarikhnya: 1/35). Dan berpendapat dengan ini sekelompok fuqaha' dari madzhab Syafi'iyyah sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Katsir dalam al-Bidayah.

Sedangkan dalil yang dipakai tentang penciptaan bumi pada hari ahad di antaranya atsar-atsar yang datang dari Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, Abdullah bin Salam, Ka'b al-Ahbar, ad-Dhahhak dan Mujahid. Bahkan Ibnu Jarir sampai mengatakan bahwa Allah menciptakan bumi pada hari Ahad adalah ijma' salaf dari kalangan ahli ilmu sebagaimana di dalam Târikhnya: 1/35.

Dan di antara atsar-atsar tersebut sebagai berikut:
Dari Ka'b berkata, "Allah memulai penciptaan langit pada hari Ahad. Maka (penciptaan itu) hari Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Jum'at. Dan Allah menjadikan setiap harinya seribu tahun". (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya no.: 37125). Sedangkan dalam riwayat ath-Thabari, "Allah menciptakan langit dan bumi pada hari Ahad dan Senin". (Târikh ath-Thabari: 1/35).

Abdullah bin Salam berkata, "Sesungguhnya Allah memulai penciptaan, maka Allah menciptakan bumi pada hari Ahad dan Senin. Allah menciptakan langit pada hari Selasa dan Rabu, dan Allah menciptakan bahan makanan sedangkan di bumi tidak ada sesuatupun pada hari Kamis. Dan pada hari Jum'at, Allah selesai dari semua itu pada waktu shalat ashar dan waktu tersebut antara ashar sampai terbenamnya matahari". (Diriwayatkan al-Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubra no.: 17484 dan ath-Thabari dalam Târikh: 1/34).

Dari Mujahid berkata, "Awal penciptaan 'Arsy, air dan udara. Dan bumi di ciptakan dari air. Dan awal penciptaan pada hari Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan pengumpulan makhluk pada hari Jum'at. Yahudi menjadikan hari Sabtu sebagai hari raya. Sehari dari enam hari tersebut seperti seribu tahun menurut hitungan kalian". (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf no.: 37044).

Ibnu Jarir berkata, "Hannad bin as-Suri mengatakan kepadaku, dia berkata, Abu Bakar bin 'Iyyasy mengatakan kepadaku dari Abu Sa'id al-Baqqal dari 'Ikrimah dari Ibnu Abbas. Hannad berkata, "Aku membaca seluruh hadits di hadapan Abu Bakar, bahwa Yahudi mendatangi Rasulullah dan bertanya kepadanya tentang penciptaan langit dan bumi. Rasulullah berkata, "Allah menciptakan bumi pada hari Ahad dan Senin. Allah menciptakan gunung-gunung pada hari Selasa dan apa yang ada padanya dari manfaat. Dan pada hari Rabu Allah menciptakan pepohonan, air, kota-kota, kemakmuran dan  kerusakan. Ini empat hari". Kemudian berkata, ""Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam. Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya" (QS. Fushshilat: 9-10), bagi orang yang bertanya". Kemudian berkata, "Dan Allah menciptakan langit pada hari Kamis dan pada hari Jum'at menciptakan bintang-bintang, matahari, bulan dan para malaikat sampai tersisa tiga jam dari hari itu. Pada jam pertama dari tiga jam tersebut Allah menciptakan kematian orang yang mati. Jam kedua, Allah melemparkan kerusakan pada setiap hal yang manusia mengambil manfaat darinya. Dan pada jam ketiga Allah menciptakan Adam dan menempatkannya di dalam surga. Kemudian Allah memerintahkan Iblis untuk sujud kepada Adam dan Allah mengeluarkan Iblis dari surga di akhir waktu". Yahudi berkata, "Kemudian bagaimana wahai Muhammad?". Rasulullah berkata, "Kemudian Allah bersemayam di atas 'Arsy". Mereka berkata, "Kamu benar jika menyempurnakannya". Mereka berkata, "Kemudian Allah istirahat". Maka Nabi sangat marah, kemudian turun ayat "Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan. Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan". (QS. Qaf: 38-39). (Diriwayatkan oleh ath-Thabari dalam Tafsirnya: 21/432-433 dan Tarikhnya: 1/35, Abusy Syeikh dalam al-'Adhamah no.: 88784, an-Nuhhâs dalam an-Nâsikh wa al-Mansūkh hal.: 680, al-Hâkim dalam al-Mustadrak no.: 3997 dan al-Baihaqî dalam al-Asmâ' wa ash-Shifât no.: 765).

Namun sanad hadits dari Ibnu Abbas ini lemah karena Abu Sa'd al-Baqqâl yaitu Sa'îd al-Marzabân seorang perowi yang lemah dan mudallis sebagaimana perkataan Ibnu Hajar sedangkan Abu Zur'ah mengatakan "Layyinul hadits" dan Bukhari mengatakan "Munkarul hadits". Dan Syeikh al-Albani mengatakan akan derajat hadits ini dengan "Munkar". (as-Silsilah adh-Dha'ifah no.: 5973).

Adapun yang diriwayatkan Ibnu Jarir, "Musa bin Harun telah mengatakan kepadaku, dia berkata, Amr bin hammad berkata kepadaku, dia berkata, Asbath mengatakan kepadaku dari as-Suddi tentang kabar yang dia menyebutkannya dari Abu Malik dan dari Abu Shalih dari Ibnu Abbas -dan dari Murrah dari Ibnu Mas'ūd dan dari sejumlah orang dari kalangan sahabat Nabi, "Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit" (QS. al-Baqarah: 29). Dia berkata, "Sesungguhnya Allah 'Arsynya di atas air dan Allah belum menciptakan sesuatupun selain apa yang Dia ciptakan setelah air. Ketika Allah ingin menciptakan makhluk, Allah mengeluarkan asap dari air. Maka asap tersebut naik di atas air sehingga tinggi di atas air, maka Allah menamakannya Samâ' (tinggi). Kemudian air tersebut mengering dan Allah menjadikan darinya satu bumi. Kemudian Allah membelahnya dan menjadikannya tujuh bumi dalam waktu dua hari pada hari Ahad dan Senin……". (Diriwayatkan oleh ath-Thabari dalam Tafsirnya: 1/435, Ibnu Abi Hâtim dalam Tafsirnya no.: 306, al-Baihaqî dalam al-Asmâ' wa ash-Shifât no.: 807).

Ibnu Jarîr ath-Thabari mengomentari sendiri sanad yang dia sebutkan ini di dalam Tafsirnya, "Apabila itu benar, dan aku tidak mengetahuinya benar karena aku meragukan sanadnya". (Tafsir ath-Thabari: 1/354). Dan Ahmad Muhammad Syâkir berkata ketika mengomentari perkataan Ibnu Jarîr ini, "Dan Ibnu Jarîr tidak menyebutkan sebab keraguannya terhadap sanadnya. Dan meskipun dia meragukan sanadnya, dia banyak meriwayatkan sanad tersebut, akan tetapi dia sama sekali tidak menjadikannya sebagai hujjah". (Tafsir ath-Thabari: 1/156).

Di sini kita akan membahas hadits Abu Hurairah di atas yang diingkari oleh para ulama hadits sebagaimana telah kita sebutkan di atas. Benarkah hadits ini ber'illah (ada celaannya)?. Benarkah hadits ini bertentangan dengan al-Qur'an?.

Mari kita simak perkataan Syeikh Abdurrahman bin Yahya al-Mu'allimi yang berkata: Sebagian ahli hadits mengingkari kabar ini, dan perincian sebab pengingkaran mereka karena beberapa sebab:

Pertama: Hadits tersebut tidak menyebutkan penciptaan langit dan hadits tersebut menjadikan penciptaan bumi selama enam hari.

Kedua: Hadits tersebut menyebutkan penciptaan selama tujuh hari padahal al-Qur'an menjelaskan bahwa penciptaan langit dan bumi dalam waktu enam hari. Empat hari untuk penciptaan bumi dan dua hari untuk penciptaan langit.

Ketiga: Hadits tersebut menyelisihi atsar-atsar yang mengatakan: "Sesungguhnya awal dari enam hari tersebut pada hari Ahad dan itu yang ditunjukkan oleh nama-nama hari: Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis.

Oleh karena itu, mereka berusaha untuk mencari 'illah (penyakit/cacat) hadits tersebut. Ibnu al-Madini menyebutkan 'illah hadits tersebut bahwa Ibrahim bin Abi Yahya telah meriwayatkan hadits tersebut dari Ayyub. Ibnu al-Madini berkata, "Aku memandang bahwa Ismail bin Umayyah tidak mengambil hadits ini kecuali dari Ibrahim bin Abi Yahya". [lihat al-Asmâ' wa ash-Shifât hal: 276, (no.: 813)]. Yaitu Ibrahim yang dituduh pendusta, maka hadits tersebut tidak tetap dari Ayyub dan tidak pula dari perowi di atasnya. Ini bisa dibantah, bahwa Ismail bin Umayyah seorang yang tsiqah menurut mereka dan bukan mudallis. Oleh karena itu wallahu a'lam, Bukhari tidak menerima perkataan Syeikhnya Ibnu al-Madini dan Bukhari menyebutkan 'illah hadits ini dengan 'illah yang lain. Bukhari menyebutkan ujung hadits ini dalam biografi Ayyub dalam ([Târikh al-Kabîr: 1/413]) kemudian berkata, "Sebagian perowi berkata, dari Abu Hurairah dari Ka'b dan ini lebih benar". (Perkataan Bukhari tersebut dinukil oleh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya: 4/115 dan al-Bidâyah: 1/18). Perkataan Bukhari ini membawa kepada firasat bahwa Ayyub salah. (al-Anwâr al-Kâsyifah: 1/198-199).

Di antara ulama yang mengikuti Imam Bukhari adalah Syeikhul islam Ibnu Taimiyah yang berkata ketika mengomentari hadits Abu Hurairah ini, "Ini hadits ber'illah yang dicela oleh para imam hadits seperti Bukhari dan selainnya. Bukhari berkata, "Yang benar hadits tersebut mawquf pada Ka'b". Dan al-Baihaqi telah menyebutkan 'illahnya pula". (Majmu' al-Fatawa: 17/135-236).

Sedangkan Ibnul Qayyim berkata dalam kitabnya al-Manâr al-Munif, pasal 19-153 hal.: 84, "Dan menyerupai ini apa yang terjadi kesalahan padanya dari hadits Abu Hurairah, "Allah menciptakan tanah (bumi) pada hari sabtu", hadits ini di dalam Shahih Muslim akan tetapi terjadi kesalahan dalam memarfu'kan hadits ini. Sesungguhnya hadits tersebut adalah perkataan Ka'b al-Ahbâr. Demikianlah yang disampaikan oleh Imam ahli hadits Muhammad bin Ismail al-Bukhari di dalam kitabnya at-Târikh al-Kabir dan selainnya dari para ulama, juga mengatakan demikian. Dan hadits ini sebagaimana yang mereka sampaikan, karena Allah telah mengkabarkan bahwa Dia menciptakan langit dan bumi beserta apa yang ada pada keduanya selama enam hari, sedangkan konsekuensi hadits ini menunjukkan penciptaan berlangsung tujuh hari. Wallahu Ta'ala a'lam. (al-Manâr  al-Munif hal.: 84-86).

Demikian pula Ibnu Katsir berkata setelah menyebutkan hadits ini dalam Tafsirnya, "Muslim bin al-Hajjâj telah meriwayatkan hadits ini di dalam Shahîhnya demikian juga an-Nasâi dengan sisi periwayatan yang berbeda dari Hajjâj yaitu Ibnu Muhammad al-A'war dari Ibnu Juraij. Dalam hadits tersebut (ada penyebutan penciptaan) mencakup tujuh hari. Sedangkan Allah telah mengatakan selama enam hari. Oleh karena itu Bukhari dan selainnya dari para huffadz mengomentari hadits ini dan menjadikannya termasuk riwayat Abu Hurairah dari Ka'b al-Ahbâr dan bukan marfu'. Wallahu a'lam". (Tafsir Ibnu Katsir: 3/426).

Mengenai perkataan Ibnu al-Madini yang mengatakan bahwa Ismail bin Umayyah tidak mengambil hadits ini kecuali dari Ibrahim bin Abi Yahya, Syeikh Muhammad Nashiruddin al-Albani memberikan jawaban: "Tuduhan ini tanpa dalil, hanya sekedar pendapat. Dan semacam itu tidak menyebabkan riwayat Ismail bin Ummayyah ditolak. Dia seorang yang "tsiqah tsabt" sebagaimana yang dikatakan al-Hafidz di dalam at-Taqrib, terlebih lagi riwayatnya ada tâbi'nya. Abu Ya'la telah meriwayatkan di dalam Musnadnya [1/288] dari jalan Hajjaj bin Muhammad dari Ayyub bin Khalid dari Abdullah bin Rafi'. Akan tetapi mungkin ada sesuatu yang saqath (tertinggal) dari sanadnya tersebut". (Shahih al-Jami': 4/449, dinukil dari as-Silsilah ash-Shahihah al-mujalladat al-kamilah 1-9: 4/332).

Dan kelanjutan perkataan Syeikh Abdurrahman bin Yahya al-Mu'allimi, sebagai berikut: Firasat (Bukhari) ini (yang menyatakan bahwa Abu Hurairah mengambil hadits ini dari Ka'b) terbangun di atas tiga hal:
Pertama: Pengingkaran hadits ini sebagaimana yang telah lalu.
Kedua: Ayyub bukan perowi yang kuat, dia sedikit meriwayatkan hadits dan Muslim tidak mengeluarkan haditsnya kecuali hadits ini sehingga dia tidak termasuk perowi yang meriwayatkan dua kitab shahih (Shahih Bukhari dan Shahih Muslim). Al-Azdî menyebutkan biografinya dan dia tidak menyebutkan seorangpun dari para imam yang mentsiqahkan dia kecuali Ibnu Hibbân yang telah menyebutnya termasuk perowi tsiqah. Sedangkan persyaratan Ibnu Hibbân dalam memberikan tautsiq dikenal sangat pemaaf (tidak ketat).
Ketiga: Riwayat yang Bukhari terpaksa menyampaikannya dengan perkataan "Sebagian perowi berkata". Alangkah baiknya kalau dia menyebutkan sanad dan matannya, mungkin saja riwayat itu sendiri lemah namun kuat menurutnya karena dua sebab terdahulu. Yang menunjukkan akan lemahnya riwayat tersebut bahwa yang dihafal dari riwayat Ka'b, Abdullah bin Salam dan Wahb bin Munabbih dan dari perowi yang mengambil dari mereka bahwa awal penciptaan pada hari ahad dan ini adalah pendapat ahli kitab yang disebutkan dalam buku-buku mereka dan yang dihafal dari perkataan mereka dan itulah yang dimaksudkan dari perkataan mereka tentang hari Sabtu. [Lihat al-Asmâ' wa ash-Shifat: 272 dan 275, dan awal-awal Tarikh Ibnu Jarir].

Dalam ad-Durr al-Mantsur [3/91], Ibnu Abi Syaibah mengeluarkan dari Ka'b berkata, "Allah memulai penciptaan langit dan bumi pada hari ahad, senin, selasa, rabu, kamis dan jum'at dan Allah menjadikan setiap harinya seribu tahun". Dan Ibnu Jarir menyebutkan sanadnya di awal-awal tarikhnya [1:22 –al-Husainiyyah-] dan meringkasnya, "Allah memulai penciptaan langit dan bumi pada hari ahad dan senin". Ini menolak apa yang ada dalam hadits di atas dari perkataan Ka'b. Sedangkan Ayyub perowi yang tidak mengapa (di ambil riwayatnya) dan perbuatan Ibnu al-Madini menunjukkan kuatnya Ayyub menurutnya. Dan Muslim telah mengeluarkan haditsnya sebagaimana yang telah kamu ketahui, meskipun batasan dia selayaknya tidak digunakan sebagai hujjah di dalam kitab shahih. Inti keraguan terhadap haditsnya tersebut karena pengingkaran. (al-Anwâr al-Kâsyifah: 1/198-199).

Dan Syeikh Muhammad Nashiruddin al-Albani juga memiliki komentar terhadap perkataan Bukhari tersebut dengan berkata: "(Perkataan Bukhari) ini seperti (perkataan) orang sebelumnya –yaitu Ibnu al-Madini, pent-. Lalu siapa sebagian perowi ini?. Apa kedudukannya dalam keakurasian dan hafalannya sampai dirajihkan di atas riwayat Abdullah bin Râfi'?. Yang mana an-Nasâi dan Ibnu Hibbân telah mentsiqahkannya, Muslim berhujjah dengannya, sekelompok orang juga meriwayatkan darinya dan cukuplah (sebagai sandaran) akan keshahihan hadits ini bahwa Ibnu Ma'în telah meriwayatkannya dan tidak menyebutkan sedikitpun dari 'illah!". (Shahih al-Jami': 4/449 yang dinukil dari as-Silsilah ash-Shahihah al-mujalladat al-kamilah 1-9: 4/332).

Dan jawaban terhadap pengingkaran tersebut sebagaimana yang di sebutkan oleh Syeikh al-Mu'allimi sebagai berikut:
Jawaban terhadap pengingkaran pertama: Sesungguhnya hadits tersebut meskipun tidak mengatakan tentang penciptaan langit tapi telah mengisyaratkan pada penciptaan langit pada hari kelima (diciptakan) cahaya dan pada hari keenam (diciptakan) binatang melata dan kehidupan binatang membutuhkan panas sedangkan cahaya dan panas sumbernya dari bagian-bagian langit. Dan yang ada dalam hadits tersebut bahwa penciptaan bumi sendiri selama empat hari sebagaimana dalam al-Qur'an dan al-Qur'an ketika menyebutkan penciptaan bumi selama empat hari tidak menyebutkan apa yang menunjukkan kepada apa yang diciptakan pada empat hari tersebut termasuk cahaya dan binatang. Dan ketika menyebutkan penciptaan langit dalam waktu dua hari, tidak menyebutkan apa yang menunjukkan bahwa pada waktu dua hari tersebut tidak terjadi sesuatupun di bumi. Secara akal setelah sempurnanya penciptaan bumi, maka bumi mulai berkembang dengan apa yang telah Allah siapkan padanya. Dan Allah tidak menyibukkan-Nya satu urusan terhadap urusan yang lain. (al-Anwâr al-Kâsyifah: 1/200).

Sedangkan Syeikh al-Albani memiliki jawaban lain untuk menyatukan antara hadits Abu Hurairah ini dengan al-Qur'an, beliau berkata: "Dan hadits ini tidak menyelisihi al-Qur'an dari satu sisipun berbeda dengan apa yang disangka oleh sebagian orang. Sesungguhnya hadits ini menjelaskan proses penciptaan di bumi saja dan itu terjadi dalam waktu tujuh hari sedangkan al-Qur'an telahnya menyatakan bahwa penciptaan langit dan bumi salama enam hari sedangkan penciptaan bumi salama dua hari tidak bertentangan dengan itu. Karena mengandung kemungkinan bahwa enam hari tersebut bukan tujuh hari yang disebutkan dalam hadits ini. Dan hadits ini berbicara tentang fase dari fase-fase perkembangan penciptaan di muka bumi sampai pantas untuk tempat tinggal. Dan menguatkan hal ini bahwa al-Qur'an menyebutkan bahwa sebagian hari di sisi Allah seperti seribu tahun dan sebagiannya seukuran lima puluh ribu tahun. Maka apa penghalang  bila enam hari tersebut dari sisi ini dan tujuh hari tersebut dari hari-hari kita ini, sebagaimana kesharihan hadits ini?. Sehingga tidak ada kontradiksi antara hadits ini dengan al-Qur'an". (Misykâtul Mashâbîh hadits no.: 5734, lihat pula ta'liq Syeikh al-Albani dalam Mukhtashar al-Uluw hadits no.: 71).

Kelanjutan jawaban Syeikh al-Mu'allimi sebagai berikut:
Jawaban terhadap pengingkaran kedua: Tidak ada dalam hadits ini keterangan bahwa pada hari ketujuh ada penciptaan selain Adam. Dan tidak ada di dalam al-Qur'an apa yang menunjukkan bahwa penciptaan Adam pada salah satu hari di antara hari-hari yang enam tersebut, bahkan itu sesuatu yang jelas kebatilannya. Di dalam ayat-ayat di awal-awal surat al-Baqarah dan di beberapa atsar tentang penciptaan Adam bisa di ambil kesimpulan bahwa sebelum Adam di ciptakan di sana ada makhluk penghuni bumi sebelum Adam, mereka hidup di bumi dalam waktu yang lama. Ini mendukung perkataan bahwa Adam diciptakan belakangan dalam waktu yang cukup lama setelah penciptaan langit dan bumi. Maka merenungi ayat-ayat dan hadits di atas penjelasan ini, akan jelas bagimu isya Allah bahwa tuduhan hadits ini menyelisihi dhahir al-Qur'an telah terbantah dan segala puji bagi Allah.

Jawaban pengingkaran ketiga: Atsar-atsar yang menyatakan bahwa awal penciptaan makhluk pada hari ahad, ada yang marfu' akan tetapi jauh  lebih lemah dibandingkan dengan hadits ini. Adapun yang tidak marfu', kebanyakan dari perkataan Abdullah bin Salam, Ka'b, Wahb dan orang yang mengambil dari israilliyyat. Dan penamaan hari-hari sebelum islam mengikuti ahli kitab, ketika islam datang nama-nama tersebut telah terkenal dan tersebar maka secara dharuri dipandang tidak perlu merubahnya karena menetapkan nama-nama yang telah dikenal dan tersebar tidak dianggap mengakui moment-momentnya yang diambil darinya atau terbangun atasnya, karena telah menjadi tidak menunjukkan pada moment-moment tersebut akan tetapi hanya menunjukkan pada nama saja. Dan karena permasalahannya tidak berkaitan dengan hal yang wajib diyakini atau berkaitan dengannya hukum syar'i, sehingga tidak perlu diambil yang benar dengan merubah apa yang telah terkenal dan tersebar dari penamaan hari.

as-Suhaili dalam kitab [ar-Raudh al-Anif: 1/271] menyebutkan permasalahan ini dan mendukung perkataan Ibnu Ishak dan selainnya yang setuju dengan hadits ini sampai berkata, "Dan yang aneh dari ath-Thabari dengan keluasan ilmunya, bagaimana dia menyelisihi konsekuensi hadits ini dan membantah dengan panjang lebar terhadap Ibnu Ishaq dan selainnya dan condong kepada perkataan Yahudi bahwa ahad adalah hari pertama". Dan perkataannya yang lain memberikan beberapa faedah di antaranya bahwa penamaan tersebut secara khususnya lima hari tidak datang penamaannya di dalam al-Qur'an sedikitpun. Dan datang di dalam al-Qur'an dua nama yaitu Jum'at dan Sabtu sehingga al-Qur'an tidak ada kaitannya dengan nama-nama yang diada-adakan tersebut.
Di antara faedah yang lain dari perkataan as-Suhaili, menurut ketentuan hadits bahwa Jum'at adalah hari ketujuh dan tujuh adalah ganjil sesuai dengan keutamaan hari Jum'at sebagaimana hadits "Sesungguhnya Allah witir (esa) dan menyukai witir (ganjil)". (Muttafaq 'alaihi). Dan  digabungkan dengan ini hari senin, sesungguhnya hari senin menurut hadits ini hari ketiga dan itu sesuai dengan keutamaannya. Di dalam hadits shahih "Pada hari senin aku dilahirkan dan pada hari itu aku mendapatkan wahyu". (Diriwayatkan oleh Muslim no.: 2807). Adapun hari kamis, telah datang keutamaan puasa pada hari itu dan hal itu dijelaskan dengan (hal sebagai berikut): tatkala tidak memungkinkan puasa pada hari yang utama yaitu hari jum'at karena hari jum'at adalah hari raya dalam setiap minggunya, maka diganti dengan hari yang sebelumnya. Dan di dalam hal ini ada hal yang menguatkan akan keserupaan hari jum'at dengan hari raya. Di dalam kitab ash-Shahihain dalam hadits tentang hari jum'at, "Kita umat yang belakangan namun paling duluan". (Muttafaq 'alaihi). Kesesuaiannya, hendaknya hari milik orang belakangan adalah hari yang paling terakhir.

Ini, dan apa yang ada di al-Bidayah karya Ibnu Katsir [1/71], "an-Nasâi (as-Sunan al-Kubrâ no.: 11392) telah meriwayatkan di dalam tafsir dari Ibrahim bin Ya'qub al-Jauzajâni dari Muhammad bin ash-Shabbâh dari Abi Ubaidah al-Haddâd dari al-Akhdhar al-'Ajlân dari Ibnu Juraij dari Atha' dari Abu Hurairah, "Sesungguhnya Rasulullah memegang tanganku dan berkata, "Wahai Abu Hurairah, sesungguhnya Allah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam waktu enam hari. Kemudian Allah bersemanyam di atas 'Arsy pada hari ketujuh dan Allah menciptakan tanah (bumi) pada hari sabtu". (HR. an-Nasâi dalam as-Sunan al-Kubra no.: 11392). An-Nasâi menyebutkan hadits dengan sempurna semisal itu. Dan telah diperselisihkan tentang Ibnu Juraij".

Aku (Abdurrahman bin Yahya al-Mu'allimi) katakan: Tentang keshahihan riwayat ini dari Ibnu Juraij dari Atha' bin Abi Rabbâh ada penelitian, aku tidak akan memperpanjang penjelasannya. Barangsiapa yang ingin mentahqiq silahkan melihat [Tahdzib at-Tahdzib: 7/213, Fath al-Bâri: 8/511 dan muqaddimahnya hal.: 373] dan biografi Akhdhar dan Utsman bin Atha' di kitab al-Mizân dan selainnya. Wallahu al-Muwaffiq. (al-Anwâr al-Kâsyifah: 1/200-202).

Namun Syeikh al-Albani mengatakan hadits an-Nasâi ini "Jayyidul isnâd" sebagaimana dalam Mukhtashar al-'Uluw.

Dari apa yang kami sampaikan dari perkataan para ulama, bisa diambil kesimpulan:
1-      Allah menciptakan langit dan bumi dalam waktu enam hari.
2-      Allah menciptakan bumi pada hari Sabtu berdasarkan hadits Abu Hurairah yang shahih tersebut.
3-      Atsar-atsar yang menyatakan Allah menciptakan bumi pada hari Ahad dan Senin dari kabar israiliyyat.
4-      Allah menciptakan Adam pada hari Jum'at dan Jum'at adalah hari ketujuh. Ini tidak bertentangan dengan al-Qur'an, karena al-Qur'an ketika menyatakan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi selama enam hari tidak menyebutkan Adam termasuk yang Dia ciptakan dalam waktu enam hari tersebut.
5-      Keutamaan bilangan ganjil karena Allah mencintainya dan di antara hari-hari ganjil yang datang keutamaannya: hari Sabtu (hari pertama) Allah menciptakan bumi, hari Senin (hari ketiga) Rasulullah mensunahkan puasa pada hari itu dan hari Jum'at (hari ketujuh) adalah hari raya kaum muslimin dalam setiap minggunya.
6-      Allah memberikan hidayah kepada umat islam untuk menjadikan hari Jum'at sebagai hari istimewa (hari raya) dalam setiap minggunya, sebagaimana dalam hadits, "Allah menyesatkan orang sebelum kita dari hari Jum'at. Bagi Yahudi hari Sabtu dan bagi Nashrani hari Ahad. Kemudian Allah mendatangkan kita dan memberi hidayah kepada kita kepada hari Jum'at. Maka Allah menjadikan (hari yang utama) Jum'at, Sabtu dan Ahad. Demikian juga  mereka mengikuti kita pada hari kiamat, kita umat belakangan dari penduduk dunia dan umat yang pertama-tama dihisab pada hari kiamat sebelum seluruh makhluk". (HR. Muslim no.: 2019).

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kaum muslimin, Wallâhu  Ta'ala a'lam. Wa shallâhu 'alâ Nabiyyinâ Muhammad wa 'alâ âlihi wa shahbihi ajma'în. Walhamdulillâh Rabbil 'âlamîn……

Maraji':
1-      al-Qur'ân al-Karim
2-      al-Anwâr al-Kâsyifah Limâ fi Kitâb Adhwâi 'ala as-Sunnah min az-Zalal wa at-Tadhlil wa al-Mujâzafah karya Abdurrahman bin Yahyâ al-Mu'allimi (Wafat: 1376 H).
3-      al-Asmâ' wa ash-Shifât karya Abu Bakar Ahmad bin al-Husain bin Ali al-Baihaqî (Wafat: 458 H).
4-      al-'Azhamah karya Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad bin Ja'far bin Hayyân dikenal Abusy Syeikh al-Ashbahâni (Wafat: 369 H).
5-      al-Bidâyah wa an-Nihâyah karya Abu al-Fidâ' Ismâil bin Umar bin Katsîr al-Qurasyi ad-Dimasyqi (Wafat: 774 H).
6-      Jâmi' al-Bayân fi Ta'wil al-Qur'ân karya Muhammad bin Jarîr bin Yazîd bin Katsîr bin Ghâlib al-Âmili ath-Thabari (Wafat: 310 H).
7-      Majmu' al-Fatâwâ karya Taqiyyudin Abul 'Abbas Ahmad bin Abdul Halim bin Taimiyah al-Harrâni (Wafat: 728 H).
8-      al-Manâr  al-Munif fi Ash-Shahih wa azd-Dha'if  karya Abu Abdillah Muhammad bin Abi Bakar al-Hanbali ad-Dimasyqi dikenal Ibnul Qayyim (Wafat: 751 H).
9-      Misykâtul Mashâbîh karya Muhammad bin Abdullah al-Khathîb at-Tibrîzi dengan tahqiq Muhammad Nashiruddin al-Albâni (Wafat: 1420 H).
10-  al-Mu'jam al-Awsath karya Abu al-Qasim Sulaimân bin Ahmad ath-Thabranî (Wafat: 360 H).
11-  Mukhtashar al-'Uluw karya Muhammad Nashiruddin al-Albâni (Wafat: 1420 H).
12-  Mushannaf Ibni Abi Syaibah karya Abu Bakar Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah al-'Absi al-Kufi (Wafat: 235 H).
13-  Musnad Abi Ya'lâ karya Abu Ya'lâ Ahmad bin Ali bin al-Mutsannâ al-Mūshili (Wafat: 307 H).
14-  Musnad al-Imâm Ahmad karya al-Imâm Ahmad bin Hanbal (Wafat: 241 H).
15-  al-Mustadrak 'ala ash-Shahîhain karya Abu Abdillah Muhammad bin Abdillah al-Hâkim an-Naisaburi (Wafat: 405 H).
16-  an-Nâsikh wa al-Mansūkh karya Abu Ja'far Ahmad bin Muhammad bin Ismâil al-Murâdî an-Nuhhâs (Wafat: 338 H).
17-  Shahih al-Bukhâri karya Abu Abdillah Muhammad bin Ismâil bin Ibrâhim bin al-Mughîrah al-Ju'fî al-Bukhâri (Wafat: 256 H).
18-  Shahih Ibni Hibbân karya Muhammad bin Hibbân bin Ahmad Abu Hatim at-Tamimi al-Busti (Wafat: 354 H).
19-  Shahih Ibni Khuzaimah karya Abu Bakar Muhammad bin Ishâq bin Khuzaimah an-Naisaburi (Wafat: 311 H).
20-  Shahih Muslim karya Muslim bin al-Hajjâj Abu al-Hasan al-Qusyairi (Wafat: 261 H).
21-  As-Silsilah al-Ahâdits adh-Dha'îfah wa al-Maudhū'ah wa Atsaruhâ as-Sayyi' fi al-Ummah karya Muhammad Nashiruddin bin al-Hâj Nūh al-Albâni (Wafat: 1420 H).
22-  as-Silsilah ash-Shahîhah karya Muhammad Nashiruddin al-Albâni (Wafat: 1420 H).
23-   as-Sunan al-Kubrâ karya Abu Bakar Ahmad bin al-Husain bin Ali al-Baihaqî (Wafat: 458 H).
24-  as-Sunan al-Kubrâ karya Ahmad bin Syu'aib Abu Abdurrahman an-Nasâi (Wafat: 303 H).
25-  Tafsir al-Qur'an al-'Azhim karya al-Imam Abu Muhammad Abdurrahman bin Muhammad bin Idris ar-Râzi bin Ibnu Abi Hâtim (Wafat: 327 H).
26-  Tafsir al-Qur'ân al-'Azhim karya Abu al-Fidâ' Ismâil bin Umar bin Katsir al-Qurasyi ad-Dimasyqi (Wafat: 774 H).
27-  Tahdzib at-Tahdzib karya Ahmad bin Ali bin Hajar Abu al-Fadhl al-'Asqalâni (Wafat: 852 H).
28-  Taqrib at-Tahdzib karya Ahmad bin Ali bin Hajar Abu al-Fadhl al-'Asqalâni (Wafat: 852 H).
29-  Tarikh Ibnu Ma'în yang diriwayatkan oleh ad-Duri karya Yahyâ bin Ma'în bin 'Aun al-Murri al-Ghathafâni al-Baghdâdi (Wafat: 233 H).
30-  Târikh al-Kabîr karya Abu Abdillah Muhammad bin Ismâil bin Ibrâhim bin al-Mughîrah al-Ju'fi al-Bukhâri (Wafat: 256 H).
31-  Târikh al-Umam wa al-Muluk atau Târikh ath-Thabarî karya Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghâlib al-Âmili ath-Thabari (Wafat: 310 H).
32-  at-Tauhîd karya al-Imâm Abu Abdillah Muhammad bin Ishâq bin Muhammad bin Yahyâ bin Mundah (Wafat: 395 H).
33-  Ats-Tsiqât karya Muhammad bin Hibbân bin Ahmad Abu Hâtim at-Tamimi al-Busti (Wafat: 354 H).

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar