Kamis, 18 Februari 2010

Al-Ain (sakit kena mata)



Rasulullah bersabda, “Kebanyakan orang yang meninggal dari umatku setelah qadha’ dan qadar Allah karena sebab ‘ain”. Hadits ini di hasankan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari dan Syeikh Al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah.
Rasulullah bersabda “ ‘Ain bisa menyebabkan seseorang masuk kubur (meninggal) dan bisa menyebabkan seekor unta masuk tungku”. (Shahih Al-Jami’).
Rasulullah bersabda:
العين حق و يحضرها الشيطان و حسد ابن آدم
Penyakit ‘ain (kena mata) adalah benar, disertai setan dan hasad anak Adam”. Asal hadits ini dalam Shahih Bukhari dan tambahannya diriwayatkan oleh Ahmad.
Hadits yang mulia ini menunjukkan bahwa pada setiap orang ada setan-setan dari bangsa jin yang selalu mengawasinya untuk menyakitinya. Demikian juga setiap orang bisa menjadi sasaran hasad sehingga tidak ada seorangpun yang selamat dari ‘ain kecuali orang yang Allah melindunginya.
Syeikhul islam Ibnu Taimiyah berkata, “Hasad salah satu penyakit di antara penyakit-penyakit hati. Ini penyakit umum yang tidak ada orang yang selamat darinya kecuali sedikit di antara manusia, sehingga dikatakan, “Tidak ada jasad yang lepas dari penyakit hasad, akan tetapi seorang pencela menampakkannya sedangkan seorang mulia menyembunyikannya”. Adapun makna seorang pencela menampakkannya yaitu dia mensifati saudaranya sesama muslim tanpa menyebut nama Allah. Hasan Bashri pernah ditanya, “Apakah seorang mukmin memiliki penyakit hasad?”. Dia menjawab, “Apakah kamu lupa dengan saudara-saudara Yusuf?, celaka kamu! Akan tetapi tahanlah hasad tersebut di dalam dadamu, sesungguhnya hasad tersebut tidak akan memudharatkanmu salama kamu tidak menampakkannya dengan tanganmu atau lisanmu”. (Kitab As-Suluk karya Ibnu Taimiyah).
Ibnu Hajar berkata dalam menjelaskan hadits ‘Penyakit ‘ain (kena mata) adalah benar’, “Hal ini kadang membingungkan sebagian manusia, mereka berkata, ‘Bagaimana ‘ain bekerja dari jauh sehingga bisa memudharatkan orang yang dilihat’. Banyak orang yang menderita sakit dan kekuatan tubuhnya melemah hanya karena sebab di pandang, semua ini karena apa yang Allah ciptakan di dalam ruh (ruh setan) dari pengaruh dan karena sangat besarnya keterkaitannya dengan mata maka dinasabkan kepada mata. Sebenarnya yang mempengaruhi bukan mata akan tetapi pengaruhnya dari ruh sedangkan yang keluar dari mata orang yang melihat adalah anak panah secara maknawi, apabila mengenai badan orang yang tidak ada tamengnya akan mempengaruhinya, jika ada tamengnya anak panah tersebut tidak bisa menembus bahkan di kembalikan kepada pemiliknya sebagaimana anak panah sebenarnya. (Fathul Bari 10/212).
Jadi yang keluar dari ‘ain adalah sifat yaitu racun lisan (perkataan) dengan dalil bahwa seorang buta bisa menimpakan penyakit ‘ain kepada orang lain. Kemudian setan yang menanti-nanti pensifatan yang tidak disertakan nama Allah padanya mengambilnya dan memberikan pengaruh pada badan orang yang dihasadi (dengan izin Allah) jika dia tidak memiliki perlindungan diri.
Maka hendaknya diketahui bahwa setiap orang meskipun bisa memudharatkan orang lain dengan izin Allah dengan mensifati orang lain dengan suatu sifat tanpa menyebut nama Allah, akan tetapi perbuatan ini haram karena termasuk racun perkataan yang dilarang. Ibnu Hajar berkata, “Sesungguhnya ‘ain bisa terjadi kerena kagum dan tanpa ada hasad dan bisa berasal dari orang yang mencintai orang lain tersebut atau bisa berasal dari orang soleh. Orang yang kagum kepada sesuatu hendaknya mendoakan orang yang dia kagumi dengan barakah sehingga ini menjadi ruqyah”. (Fathul Bari (10/215).
Dalam sebuah hadits dari Abu Umamah bin Sahl bin Hanif berkata, “Bapakku Sahl bin Hanif mandi di Kharrar (lembah di Madinah) dengan melepaskan jubahnya sedangkan ‘Amir bin Rabi’ah melihatnya. Sahl bin Hanif seorang yang sangat putih dan bersih kulitnya, maka ‘Amir berkata, ‘Aku belum pernah melihat seperti hari ini, aku belum pernah melihat kulit seperti kulit gadis pingitan’. Maka Sahl bin Hanif sakit panas di tempatnya dan semakin keras sakitnya. Maka Rasulullah diberitahu akan sakitnya Sahl. Dikatakan kepada Rasulullah bahwa Sahl tidak bisa mengangkat kepalanya. Rasulullah berkata, Apakah kalian menuduh seseorang?. Mereka menjawab, “’Amir bin Rabi’ah”. Maka Rasulullah memanggil ‘Amir bin Rabi’ah dan memarahinya, Kenapa salah seorang di antara kalian membunuh saudaranya?. Kenapa kamu tidak mendoakannya dengan barakah?. Mandilah untuknya!. Maka ‘Amir membasuh wajahnya, kedua tangannya, kedua sikunya, kedua lututnya, ujung kedua kakinya, sarungnya bagian dalam pada sebuah bejana kemudian diguyurkan kepada Sahl dari belakang tubuhnya maka sembuhnya Sahl seketika itu juga”. (Shahih Al-Jami’: 3908).
Faedah hadits:
1- Ketika ‘Amir mensifati Sahl dengan tanpa menyebut nama Allah, maka setan mengambil peran untuk menyakiti Sahl dengan pensifatan ini.
2- Berdzikir dengan menyebut nama Allah atu mendoakan barakah bisa menghalangi gangguan jin pada orang yang dilihat.
3- Rasulullah memerintahkan ‘Amir untuk mandi. Ibnu Al-Qoyyim berkata, “Sesungguhnya lipatan-lipatan tubuh dan ujung-ujung tubuh dan sarung bagian dalam, ini adalah tempat-tempat istimewa bagi ruh-ruh setan”. (Zad Al-Ma’ad: 4/163). Tujuannya karena setiap orang memiliki bebauan dan keringat yang berbeda dengan orang lain, ini bisa diketahui oleh anjing dan setan yang berangkat dari orang yang menimpakan ‘ain juga mengetahui ini. Maka ketika diambil keringatnya atau air ludahnya kemudian digunakan untuk memandikan atau diminumkan kepada orang yang kena ‘ain apabila gangguannya pada perutnya, maka setan tersebut akan menjauhi orang yang kena ‘ain ini karena setan tersebut terikat dengan sifat kekaguman orang yang menimpakan ‘ain. Maka seolah-olah orang yang menimpakan ‘ain tersebut telah mengalahkan setan dengan masuknya keringatnya ke dalam badan orang yang terkena ‘ain sehingga ketika itu juga setan tersebut terlepas keluar dari tubuh orang yang kena ‘ain.
4- Dalam hadits disebutkan air bekas basuhan ‘Amir diguyurkan kepada Sahl dari belakang tubuhnya, maksudnya adalah diguyurkan di tempat penglihatan orang yang menimpakan ‘ain. Karena setan yang menyakiti Sahl karena sifat (ucapan) sangat putihnya kulit Sahl maka ini umum untuk seluruh tubuhnya sehingga air tersebut diguyurkan dari atas kepalanya agar mengenai seluruh tubuhnya yang terkena ‘ain. Seandainya orang yang terkena ‘ain karena disifati banyak makan sehingga perutnya sakit maka keringat atau air liur tersebut harus sampai ke dalam perutnya karena di dalam perutlah tempat terkena ‘ain.
5- Dalam riwayat lain Rasulullah memukul dada Sahl dan berkata, Ya Allah hilangkan darinya panas, dingin dan kecapekan (pengaruh) ‘ain”. Ini dalil yang jelas bahwa ‘ain diikuti oleh setan dan mengganggu anggota tubuh orang yang kena ‘ain sehingga menimpa pada orang yang kena ‘ain dari sempit di dada –karena ditekan setan-. Di antara tanda gangguan setan sebagaimana dalam hadits: punggung panas, ujung-ujung tubuh dingin, tubuh lemah disertai dengan rasa sempit di dada yang tergambarkan pada sering mengeluh, pesimis dan mudah emosi.
6- Apabila orang yang terkena ‘ain tidak menuduh seseorang (tidak bisa menduga) yang menimpakan kepadanya ‘ain maka disyariatkan untuk dibacakan ruqyah.
Cara menjaga diri dari penyakit ‘ain:
1- Seorang muslim menjaga Allah dengan menjalankan perintah-Nya seperti menjalankan shalat lima waktu berjamaah, berbakti kepada kedua orang tua, shalat sunah, puasa sunah, membaca Al-Qur’an dan lain-lainnya. Menjauhkan diri dari larangan Allah, seperti tidak melihat sesuatu yang haram, meninggalkan musik dan lain-lainnya. Rasulullah bersabda, “Jagalah Allah niscaya Allah akan menjagamu”.
2- Memperbanyak dzikir yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan berdzikir di setiap waktu seperti dzikir setelah shalat lima waktu, dzikir pagi dan petang, dzikir akan tidur, dzikir bangun tidur dan lain-lainnya.
Amalan untuk menganggat musibah (sakit ‘ain) dengan ijin Allah:
1- Yakin dan berbaik sangka kepada Allah ketika diruqyah dan jangan hanya sekedar coba-coba berobat dengan Al-Qur’an akan tetapi harus yakin bahwa di dalam Al-Qur’an ada obat. Allah berfirman: Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. (QS. Al-Isra’: 82).
2- Mengagungkan Allah, kembali dan taubat kepada-Nya serta berdoa kepada-Nya. Dialah satu-satunya Pemberi kesembuhan. Jika engkau meruqyah dirimu sendiri, ini lebih utama dari pada diruqyah orang lain.
3- Berbuat baik kepada orang lain dan bersedekah. Rasulullah bersabda, Barangsiapa menghilangkan musibah yang menimpa seorang mukmin dari musibah dunia, Allah akan menghilangkan untuknya musibah dari musibah akhirat. Barangsiapa yang memberikan kemudahan kepada seorang yang kesulitan, Allah akan memberikan kemudahan kepadanya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba tersebut mau menolong saudaranya”. Diriwayatkan oleh Muslim. Dalam sebuah hadits dari Abu Umamah, Rasulullah bersabda, Obatilah orang-orang sakit kalian dengan sedekah. (Shahih Al-Jami’: 2358).
Hubungan antara ‘ain dengan sihir
Ketika Allah berfirman dalam surat Al-Falaq:
Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki”. (QS. Al-Falaq: 4-5). Allah menggabungkan antara sihir dan hasad. Ini mengisyaratkan adanya hubungan antara keduanya yaitu bahwa seorang penyihir menghembuskan pada buhul dari rambut atau kuku yang digunakan untuk mengikat setan yang akan menyakiti orang yang disihir. Sedangkan seorang yang hasad mengikat setan dengan sifat kekaguman yang tidak disebutkan nama Allah padanya untuk menyakiti orang yang dikenai ‘ain. Keduanya bisa memudharatkan dan keduanya serupa dalam menimbulkan pengaruh sakit akan tetapi berbeda dalam sarananya.
* Allah berfirman: Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki”. (QS. Al-Falaq: 4-5). Kenapa wanita-wanita tukang sihir dima’rifatkan dan dinakirahkan apa yang sebelumnya dan setelahnya?. Karena setiap wanita penyihir memiliki kejahatan adapun setiap malam dan setiap pendengki tidak memiliki kejahatan.
* Orang-orang awam berkata, “Apabila orang yang menimpakan ‘ain mengetahui bahwa keringat atau air liurnya diambil maka bekas tubuhnya ini tidak akan bermanfaat. Ini salah karena menyelisihi hadits ‘Amir dengan Sahl karena Rasulullah berkata kepada ‘Amir “Mandilah untuk saudaramu”, dan ‘Amir mengetahuinya dan ini menyembuhkan ‘ain yang menimpa Sahl.
* Pandangan beracun yang disebutkan para ulama, mereka mengkiaskan dengan abtar dan dzat Ath-Thaffatain (nama-nama ular yang bisa menggugurkan kandungan dengan pandangan matanya). Sebagaimana ayam jago memiliki kekuatan mata untuk melihat malaikat dan anjing dan keledai mampu melihat setan. Adapun manusia, kekuatan racunnya yang bisa menyakiti orang lain tidak dari dirinya akan tetapi dari pensifatan yang tidak disertai penyebutan nama Allah sebagaimana dalam haditsPenyakit ‘ain (kena mata) adalah benar, disertai setan dan hasad anak Adam”, dan bukan dengan alat mata sebagaimana yang telah dijelaskan Ibnu Hajr. Rasulullah juga belindung dari jin dan pandangan manusia karena adanya keterkaitan antara keduanya.
* Sebagian ulama berkata tentang faedah daun bidara dan digunakan untuk mandi orang yang terkena sihir, ini tidak ada dasarnya dari Nabi namun dari perbuatan Wahb bin Munabbih karena daun bidara ini mengingatkan jin pada sidratul muntaha yang padanya ada surga tempat tinggal sehingga mereka takut. Jadi penggunaan daun bidara untuk mengobati sihir dan selainnya tujuannya untuk menyakiti jin.
Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah untuk Nabi kita Muhammad, keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan ihsan sampai hari kiamat. Amin……
Sumber: Kaifa Tu’alij Maridhaka Birruqyah Asy-Sya’iyyah karya Dr. Abdullah bin Muhammad As- Sadhan oleh Oleh Rohmatullah Ngimaduddin, Lc.

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar